Reporter: Bambang Rakhmanto, Irma Yani |
JAKARTA. Bila belanja pemerintah kencang mengalir, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2011 lalu bisa tumbuh lebih cepat. Karena belanja masih memble, pemerintah memprediksikan sepanjang kuartal satu lalu pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 6,5%. Sumber utama pertumbuhan masih dari konsumsi masyarakat dan investasi langsung.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi itu masih sesuai target pemerintah yakni di kisaran 6,4% sampai 6,5%.
Konsumsi masyarakat yang masih kuat, papar Bambang, mendongkrak pertumbuhan ekonomi selama kuartal pertama 2011. "Begitu pula investasi langsung atau foreign direct investment (FDI)," ujarnya, akhir pekan lalu
Namun, peran belanja pemerintah, seperti diakui Bambang, memang belum dominan. Terutama belanja modal, kontribusinya dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi masih kecil. "Maklum ini kan masih di awal tahun,” ucapnya.
Pada kuartal pertama 2011, total belanja modal hanya
Rp 5 triliun atau 3,7% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp 135,8 triliun.
Bambang menjelaskan, ada 10 kementerian dan lembaga yang memiliki jatah anggaran belanja modal terbesar tahun ini. Ke-10 instansi tersebut mendapatkan jatah belanja modal sebesar Rp 111,6 triliun atau mencapai 82% dari total belanja modal di APBN 2011.
Nah, selama tiga bulan pertama lalu, ke-10 instansi itu baru mencairkan belanja modal senilai Rp 3,9 triliun atau 3,5% dari jatah tahun ini. Penyerapan belanja modal itu lebih rendah ketimbang periode sama 2010 yakni 4,7%.
Menurut Bambang, kalau 10 kementerian dan lembaga itu sedikit lalai mencairkan anggaran, maka itu akan berdampak besar ke perekonomian.
Tak heran, bila ekonomi belum bisa tumbuh optimal. "Oleh sebab itu kami meminta mereka secepatnya merealisasikan belanja modal itu," ujarnya.
Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Agus Suprijanto menimpali, realisasi belanja modal masih rendah di kuartal satu karena proyek belum sepenuhnya berjalan.
Berbeda dengan pemerintah yang yakin ekonomi bisa tumbuh 6,5%, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi tumbuh lebih rendah. Dalam hitungan BI, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2011 paling banter hanya sebesar 6,4%.
Namun, prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut masih lebih tinggi ketimbang setahun lalu yang hanya sebesar 6,1%. “Berdasarkan pemantauan BI, konsumsi masyarakat yang masih kuat menjadi pendorong laju pertumbuhan," kata Ekonom Kepala Biro Riset Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung.
Impor barang modal
Selain konsumsi domestik, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2011 juga dikatrol naiknya investasi di awal tahun ini. Juda memperkirakan investasi akan deras mengalir tahun ini. Menurut BI, investasi langsung tahun ini akan naik 10% dibanding 2010.
Selain itu impor barang modal yang semakin kuat juga turut berkontribusi ke pertumbuhan ekonomi. "Kalau impor barang modal naik maka investasi juga ikut naik,” ujarnya.
Juda menambahkan, walapun pertumbuhan ekonomi di tiga bulan pertama 2011 lebih tinggi ketimbang tahun lalu, hal itu merupakan hal yang wajar dan belum bisa dikategorikan overheating atau kepanasan seperti yang diprediksi Dana Moneter Internasional (IMF). ”Tetapi ke depan kami terus mengawasi pertumbuhan produk domestik bruto agar tidak terjadi overheating,” tutupnya.
Sementara itu hasil survei BI terhadap 105 analis dan ekonom mengenai proyeksi indikator ekonomi memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2011 ini hanya akan bertengger di 6,3%. Namun ada pula responden yang optimistis ekonomi bisa tumbuh hingga 6,7%. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News