kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Satgas: Vaksin tidak bisa jadi satu-satunya tameng, tetap disiplin protokol kesehatan


Senin, 27 September 2021 / 14:38 WIB
Satgas: Vaksin tidak bisa jadi satu-satunya tameng, tetap disiplin protokol kesehatan
ILUSTRASI. Petugas medis melakukan penyuntikan vaksin Covid-19 di Posyandu Kampung Bali, Jakarta, Senin (30/8/2021). KONTAN/Fransiskus Simbolon.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19 di seluruh Indonesia. Sebab, masyarakat dengan vaksin dosis lengkap terbukti bisa mengurangi keparahan gejala risiko perawatan di rumahsakit dan risiko kematian.

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan, sebuah hasil penelitian menunjukkan, orang yang sudah divaksin, risiko tertular kembali menjadi lebih rendah. 

Lalu, jumlah virus dalam tubuh lebih cepat turun dan peluang terbentuknya varian baru lebih kecil. "Namun tentu saja, vaksin tidak bisa menjadi satu-satunya tameng kita," katanya, dikutip dari covid19.go.id.

"Vaksinasi, terutama jika hanya dosis pertama dan tidak dibarengi kepatuhan protokol kesehatan, tidak dapat menjamin lonjakan kasus untuk tidak terjadi lagi," ujar dia.

Wiku merujuk pada pengalaman negara-negara dengan cakupan tertinggi vaksinasi dosis pertama. Misalnya, Singapura 79%, Finlandia 73%, Inggris 71%, Jepang 66%, dan Amerika Serikat 63%. 

Baca Juga: Kenali, ini 5 gejala umum COVID-19 yang bagi sudah dan tidak divaksinasi

Nyatanya, lonjakan kasus COVID-19 masih bisa terjadi di negara-negara tersebut. Singapura, contohnya, lonjakan infeksi terjadi karena kebijakan relaksasi dengan berfokus pada penguatan 3T dan peningkatan cakupan vaksinasi. 

Namun, negeri Merlion kurang fokus pada upaya pencegahan, yaitu protokol kesehatan di tempat-tempat umum, mulai restoran dan tempat makan, bandara, tempat karaoke, mal, hingga terminal bus. Sehingga, klaster-klaster baru mulai bermunculan. 

Lonjakan kasus di berbagai negara tersebut mengajarkan Indonesia agar tidak hanya bergantung pada cakupan vaksinasi yang tinggi untuk mencapai endemi COVID-19. Dan penting dipahami, target vaksinasi saat pandemi untuk membentuk kekebalan komunitas.

Menurut Wiku, kekebalan komunitas baru bisa terbentuk dengan sempurna bila seluruhnya telah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap. Untuk itu, jangan berpuas diri dan merasa aman hanya dengan vaksin, terutama jika vaksin dosis pertama.

Soalnya, endemi bisa tercapai kalau peningkatan cakupan vaksinasi dibarengi upaya kolektif lainnya. Yakni, pengawasan protokol kesehatan kepatuhan seluruh masyarakat, kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, dan peningkatan tes COVID-19 serta pelacakan kontak erat.

"Dengan mobilitas yang mulai meningkat serta aktivitas sosial ekonomi yang sudah mulai kembali berjalan saat ini, maka saya ingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat, agar tetap disiplin protokol kesehatan sehingga kita tidak harus kembali belajar melalui lonjakan kasus," tegas Wiku.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Memakai jenis masker ini tak bisa jadi pencegahan Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×