Reporter: Arthur Gideon,Sanny Cicilia,Syamsul Azhar | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada Kamis (11/9) siang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus merosot. Bahkan, posisi rupiah anjlok ke level 9.475 per dolar atau terendah dalam sembilan bulan terakhir.
Pada perdagangan hari ini, Bank Indonesia (BI) terlihat terus menyuplai dolar ke pasar agar rupiah tidak anjlok lebih dalam. Seorang trader kepada Bloomberg menyebutkan, untuk menahan laju rupiah agar tidak terus menurun, BI menjual dolar pada posisi Rp 9.450. "BI hampir selalu ada di pasar setiap saat," kata trader tersebut. Seorang trader lainnya juga bilang, saat ini, BI memang melakukan intervensi penuh untuk menahan turunnya nilai rupiah lebih jauh lagi.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Budi Mulya mengatakan, penyebab turunnya nilai rupiah dalam beberapa hari ini berkaitan dengan adanya reposisi dari portofolio investasi asing yang ada di Indonesia. "Oleh karenanya, BI akan selalu ada di pasar untuk menjaga rupiah agar tidak terlalu berfluktuasi," kata Budi seperti dikutip Reuters.
Selain nilai tukar rupiah, kemarin obligasi pemerintah Indonesia berjangka waktu sembilan tahun juga mengalami fluktuasi dan tekanan hebat. Ini terjadi karena adanya kekhawatiran melemahnya nilai tukar rupiah akan mengikis kemampuan pemerintah Indonesia untuk membayar obligasi berbunga tetap.
Asal tahu saja, adanya tekanan nilai tukar rupiah yang mencapai 3% pada September ini menjadikan rupiah sebagai kurs dengan performa terburuk kedua di kawasan Asia. "Pergerakan rupiah dalam beberapa hari ini menunjukkan kepada investor bahwa mata uang ini memang lemah,” kata Jens Laushke Fixed Income Strategist di DBS Grouo Holdings Ltd. Singapura.
Meski demikian, Dealer Valas PT Bank Century Tbk Frans Darwin Sinurat mengatakan bahwa pelemahan rupiah saat ini tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, melainkan juga dialami oleh negara-negara lainnya. Pelemahan rupiah ini sebenarnya tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan pelemahan mata uang lainnya. “BI beberapa hari ini selalu melakukan intervensi pasar untuk menjaga agar rupiah tetap stabil,” tuturnya hari ini (11/9). Menurut Frans, jika BI tidak melakukan intervensi, rupiah bakalan jatuh cukup dalam seperti mata uang lainnya.
Frans lantas menjelaskan, salah satu penyebab pelemahan rupiah dan beberapa mata uang lainnya ini karena penguatan dolar. Dan penyebab penguatan dolar adalah semakin membaiknya kondisi perekonomian di Negeri Paman Sam itu. Langkah Departemen keuangan Amerika mengambil alih lembaga keuangan Freddy Mac & Fanny Mae dipandang tepat, sehingga membuat kepercayaan pasar tumbuh. Kepercayaan itulah yang membuat dolar merangkak naik.
Frans yakin bahwa lebih dari 50% yang bermain di rupiah adalah para hedge fund. Pasalnya dana-dana asing yang masuk di Indonesia saat ini biasanya masuk di pasar melalui surat berharga dan juga pasar saham. “Berarti ini kan dapat dikatakan hot money,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News