Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah. Rupiah spot ditutup pada level Rp 15.267 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Rabu (28/9), melemah 0,94% dari sehari sebelumnya. Koreksi rupiah yang terjadi beberapa waktu belakangan ini bisa berdampak khususnya pada pembayaran bunga utang.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pelemahan nilai tukar tersebut diperkirakan akan membebani pembayaran bunga utang, terutama untuk Utang Luar Negeri (ULN).
“Dari sisi pemerintah, secara langsung, obligasi valuta asing (valas) berbentuk dolar diperkirakan meningkat bebannya, sementara bila dilihat dari cross-currency, bebannya justru cenderung turun,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (28/9).
Baca Juga: Dolar AS Perkasa, Bank Indonesia Angkat Bicara
Josua mengatakan, obligasi valas mencakup kurang lebih 20% dari total Surat Berharga Negara (SBN) yang telah diterbitkan oleh pemerintah. Secara tidak langsung, dampak pelemahan nilai tukar di antaranya adalah permintaan SBN domestik akan lemah.
Hal ini, sudah terefleksikan dari lelang terakhir, yang mana penawaran lelang hanya berada pada kisar Rp 23,67 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang sebelumnya sebesar Rp 47,25 triliun.
Sementara itu, dari sisi swasta, Josua memperkirakan para pelaku usaha yang memiliki pinjaman dalam bentuk dolar AS akan merasakan peningkatan beban bunga utang yang cukup signifikan.
“Hal ini berkaitan dengan kenaikan suku bunga secara umum, diikuti oleh penguatan dolar AS, sehingga biaya pinjamannya menjadi sangat tinggi,” jelasnya.
Oleh karena itu, diperkirakan para pelaku usaha akan mulai mengurangi pinjaman dolar AS dalam waktu dekat, dan berpotensi menggunakan transaksi hedging yakni interest rate swap (IRS) dan Cross Currency Swap (CCS) untuk memitigasi risiko pasar terutama nilai tukar dan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News