Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) siap menggelar perundingan kembali terkait proses review Indonesia-Jepang Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Pemerintah akan meminta kemudahan ekspor berupa kelonggaran bea masuk 0% ke Jepang untuk 360 pos tarif produk-produk asal Tanah Air.
Bachrul Chairi, Direktur Kerjasama Perdagangan Internasional Kemdag mengatakan, berdasarkan hasil rapat koordinasi pemerintah pemerintah akan mengambil sikap untuk kembali berunding dalam IJEPA dengan beberapa penawaran maupun permintaan.
"Kami mencari solusi jangka panjang agar masalah transposisi tidak menjadi hambatan lagi, ini yang sudah disepakati," kata dia, Rabu (13/1).
Pemerintah akan menawarkan mekanisme penyelesaian hambatan ekspor produk dari Jepang berupa metode splitting di Bea Cukai.
Dengan metode ini, tarif bea masuk yang akan berlaku untuk produk-produk dari Jepang akan berlaku sesuai dengan perjanjian kerja sama dagang.
Ia mencontohkan, saat ini, impor otomotif produk jadi atawa completely build up terkendala karena adanya perubahan tarif dari Indonesia.
"Otomotif awalnya kan 20%, seharusnya pada 2016 ini turun menjadi 5%. Tapi, dalam perjalannya ada perubahan transposisi di tahun 2012 menjadi 28%," kata dia.
Karena itu, dengan metode tersebut pemerintah akan menjanjikan akan menerima permintaan Jepang soal masalah bea masuk otomotof.
Bachrul bilang, pemerintah akan bisa memperlakukan tarif bea masuk produk tersebut menjadi 5% pada tahun ini sesuai dengan kesepakatan awal IJEPA.
Namun, Indonesia juga akan meminta pihak Jepang untuk membuka sejumlah komoditas unggulan dalam negeri agar juga mendapat kemudahan di Negeri Sakura.
"Jepang harus memberikan akses pasar untuk produk pertanian, kehutanan, perikanan, dan industri, misalnya nanas, pisang, dan ikan tuna, totalnya ada 360 pos tarif," kata dia.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian mengatakan, selama ini industri makanan dan minuman dari Indonesia kesulitan masuk ke Jepang karena banyaknya sejumlah persyaratan dan bea masuk yang tinggi.
"Selama ini kan sulit bisa masuk ke Jepang, sementara produk mereka masuk dengan gampang, akibatnya Indonesia selalu rugi. Indonesia dan Jepang harus duduk bersama supaya equal. selain makanan dan minuman banyak produk lain yang terhambat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













