kontan.co.id
banner langganan top
Senin, 30 Juni 2025 | : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

RI bawa misi khusus di Konferensi WTO Kenya


Rabu, 11 November 2015 / 18:41 WIB
RI bawa misi khusus di Konferensi WTO Kenya


Reporter: Handoyo | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pemerintah Indonesia memiliki misi khusus dalam perhelatan Konferensi Tingkat Menteri (KTM-10) Organisasi Perdagangan Internasional atau World Trade Organization (WTO) di Nairobi, Kenya, pada Desember 2015.

Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemdag) Bachrul Chairi mengatakan, pembahasan nanti akan memprioritaskan pada apa yang sudah menjadi kesepakatan KTM-9 yang tertuang dalam paket Bali.

Beberapa isu yang siap dibawa tersebut antara lain mengenai pembangunan dan pertanian yang menjadi kepentingan negara berkembang dan kurang berkembang.

Bachrul mengingatkan, pembahasan kesepakatan Doha di WTO telah mengalami kebuntuan sejak lebih dari 10 tahun.

Oleh karena itu pemerintah berkepentingan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perdagangan multilateral dan WTO.

"Kita bicara industri di sini, kemampuannya berbeda dengan negara maju di level pengembangan industrinya. Jadi kalau kita mau lakukan liberalisasi, gak boleh sama dong, oke kita sama-sama ingin buka pasar, tapi bukanya tidak sama, tidak equal dengan negara berkembang. Itu yang kita perjuangkan," kata Bachrul, Rabu (11/11).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×