Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit fiskal tahun ini bakal super tips. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat: realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai akhir Juli 2018 hanya Rp 151,3 triliun. Jumlah itu sama dengan 1,02% Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit anggaran terbentuk dari realisasi pendapatan negara hingga akhir Juli 2018 yang sebesar Rp 994,4 triliun atau 52,5% target APBN 2018 yang Rp 1.894,7 triliun. Pendapatan negara tumbuhnya 16,5% (YoY). "Ini pertumbuhan yang sangat tinggi. Tahun lalu lalu 12,4%," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (14/8).
Pendapatan negara didukung oleh penerimaan perpajakan Rp 760,1 triliun atau 48,2% target APBN 2018 dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 211 triliun atau 76,6% dari target APBN 2018. Sementara dari belanja negara, sampai akhir Juli 2018 mencapai Rp 1.145,7 triliun atau 51,6% alokasi APBN 2018 sebesar Rp 2.220,6 triliun.
Menurut Menkeu, realisasi defisit APBN 2018 sampai Juli 2018 turun dibandingkan tahun lalu dan 2016 yang masing-masing Rp 210 triliun dan Rp 247,5 triliun. "Primary balance juga turun," kata Sri.
Defisit keseimbangan primer APBN 2018 sampai dengan Juli 2018 sebesar Rp 4,9 trilun. Angka ini mengalami tren penurunan dibanding tiga tahun sebelumnya. Pada periode sama tahun 2017, defisit keseimbangan primer sebesar Rp 79,1 triliun dan pada 2016 sebesar Rp 140,2 trilun.
Keseimbangan primer adalah penerimaan negara dikurangi belanja, di luar pembayaran bunga utang. "Jika kesimbangan primer defisit, artinya utang yang ditarik dipakai untuk membayar utang. Ini pertama kali (single digit). Ada perbaikan yang luar biasa," jelasnya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, meski defisit anggaran negara terlihat membaik, tapi belanja negara tetap harus bisa dioptimalkan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi, seperti subsidi energi, pangan, kesehatan, dan infrastruktur.
Oleh karena itu, dia menilai belanja bantuan sosial yang melesat 75,8% per Juli 2018 hingga mencapai Rp 56,2 triliun, adalah hal bagus. Sebab hal itu bisa meningkatkan daya beli masyarakat
Terkait upaya menutup defisit anggaran, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Luky Alfirman mengatakan, Kemkeu telah membuka opsi memperbesar penarikan pinjaman program. Ini adalah strategi pembiayaan defisit di tengah ketidakpastian ekonomi global. "Kami tahu di semester II masih ada ketidakpastian untuk itu kami penyesuaian strateginya, kami menambah porsi pinjaman," katanya.
Tanpa menyebutkan asalnya, Kemkeu sudah mendapatkan komitmen US$ 2,9 miliar yang bisa dicairkan tahun ini dan tahun depan. Pihaknya juga mendapatkan penawaran private placement yang cukup membantu Kemkeu dalam membiayai defisit. "Kami juga tetap mengoptimalkan lelang SUN," ucap Luky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News