kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasa haru mengiringi perpisahaan Jusuf Kalla...


Selasa, 22 Oktober 2019 / 10:00 WIB
Rasa haru mengiringi perpisahaan Jusuf Kalla...
ILUSTRASI. Jusuf Kalla ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Ketika itu, ada enam korban meninggal dunia. Tito khawatir hal tersebut digiring menjadi isu HAM sehingga dia bersama timnya melapor kepada presiden, komisi III DPR, dan Komnas HAM. "Ketika Pak Kapolri saat itu, Pak Sutanto, Pak Badrodin Haiti dan saya menghadap Pak Jusuf Kalla. Pertanyaan Bapak singkat, 'apakah yang meninggal membawa senjata?' Kami jawab, ya, kami bisa buktikan mereka bawa senjata, 300 senjata dan 4.000 butir peluru," kata Tito menirukan situasi saat itu.

"Jawaban Bapak juga singkat, 'Kalian sudah benar! Di negara ini, tidak boleh ada yang memegang senjata kecuali TNI/Polri," kata Tito menirukan ucapan Kalla saat itu.

Inilah yang membuat Tito tak habis pikir. Ditambah lagi, keesokan harinya, kata dia, Jusuf Kalla datang ke Poso. Ia mengumpulkan masyarakat dan memberikan penjelasan sehingga suasana tegang pun menjadi lebih kendor. "Jika ada yang kurang, dengan segala hormat, Bapak (Jusuf Kalla), kurangnya cuma satu saja, Bapak bukan jenderal TNI maupun Polri," kata Tito.

Baca Juga: Ini harapan BPJS Watch di periode kedua Presiden Jokowi

"Tapi saya paham secara personal bahwa keberanian, ketegasan Bapak dalam bersikap melebihi ketegasan dan keberanian jenderal TNI dan Polri. Sosok Bapak yang bukan jenderal TNI-Polri, membuat bingung jenderal TNI-Polri karena Bapak jauh lebih tegas dan berani," lanjut dia.

Pengalaman Pewarta

Kenangan dengan Kalla juga melekat di benak para pewarta yang sehari-hari meliput di Istana dan Kantor Wakil Presiden. Kalla menyediakan waktu sekali sepekan setiap Selasa untuk kami wawancarai mengenai berbagai isu pemerintahan.

Sebelum wawancara pada tengah hari dimulai biasanya Kalla menanyakan apakah kami sudah makan siang. Terkadang ada pewarta yang iseng menjawab belum, padahal kami sudah makan. Bila mendengar jawaban belum makan, Kalla biasanya memasang muka terkejut dan langsung menoleh kepada staf Sekretariat Wakil Presiden yang menyiapkan konsumsi wartawan.

Sebab semestinya konsumsi untuk para pewarta sudah disiapkan. Kalla juga punya ciri khas saat berbicara. Dialek bugis Kalla yang kental kentara saat ia mengucapkan kata "baik". Jika Kalla yang mengucapkan, maka kata "baik" diucapkan menjadi "baek".

Baca Juga: Beragam cerita menteri Kabinet Kerja Jokowi menjelang pelantikan

Kekhasannya itu justru membuat Kalla penasaran. Pada acara makan siang bersama sekaligus perpisahan dengan para pewarta di Kantor Wakil Presiden, Kalla menanyakan langsung ihwal kekhasannya itu kepada kami.

"Kalian kalau menulis saya pas ngomong 'baek', kalian tuisnya 'baik' apa 'baek'," tanya Kalla penasaran. Para pewarta yang mendengar pertanyaan Kalla pun tersenyum. "Baik Pak. Tapi ada juga yang tetap menulis 'baek'," jawab salah seorang pewarta. "Oh, ada yang tetap menulis 'baek' ya," timpal Kalla.

Di hadapan pewarta, Kalla selalu menjalani seluruh aktivitasnya yang padat dengan energik dan penuh semangat. Dalam lawatannya ke Swiss pada bulan Mei, di tengah jadwal yang padat, seorang pewarta yang turut ikut dalam rombongan bertanya kepada Kalla ihwal resep kuatnya ia menjalani seluruh aktivitasnya di usia yang sudah 77 tahun.

Kalla menjawab resepnya hanya satu, yakni menjalani semuanya dengan ikhlas. "Biar tidak capek itu harus ikhlas. Ikhlas itu harus sama antara hati, pikiran dan perbuatan," ujar Kalla.

Baca Juga: Begini perasaan Jusuf Kalla ketika berganti kursi dengan Ma'ruf Amin

Kini, Kalla telah memasuki masa purnatugas. Beragam capaian telah ia raih semasa mendampingi Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo. Kalla dengan sukses turut mengantarkan kedua Presiden itu terpilih kembali di periode keduanya.

Terima kasih Pak Kalla...

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berpisah dengan Jusuf Kalla..."
Penulis : Rakhmat Nur Hakim
Editor : Fabian Januarius Kuwado

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×