kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi eskalasi perang dagang makin luas


Kamis, 26 Juli 2018 / 06:16 WIB
Potensi eskalasi perang dagang makin luas
ILUSTRASI. Perang dagang AS-China


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China bisa jadi kenyataan. Perang dagang berpotensi meluas karena pertemuan seluruh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Argentina tidak berhasil menemukan kesepakatan untuk mengurangi ketidakpastian dari sisi perdagangan.

Pertemuan tersebut berlangsung pada pekan lalu. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut hadir dalam pertemuan itu. "Suasananya masih menunjukkan ketidakpastian masih tinggi, karena tidak ada kesepakatan dari sisi perdagangan. Kita harus waspada karena di negara berkembang ini masih berlangsung. Sebab, di tingkat menteri tidak ada kesepakatan kurangi ketidakpastian," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Rabu (25/7).

Walhasil, tekanan eksternal masih akan menyelimuti perekonomian nasional pada semester II ini. Guna menjaga perekonomian nasional, pemerintah, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta kementerian/lembaga lain harus memperkuat koordinasi menciptakan kestabilan. "Poinnya adalah bagaimana kita menjaga external balance agar tidak memunculkan ketidakpastian," ujar Sri Mulyani.

Bersamaan itu, pemerintah harus terus mendorong kinerja ekspor. Pemerintah juga menyiapkan berbagai instrumen fiskal. Menkeu bilang, pemerintah akan menggunakan fasilitas bea cukai untuk bantu eksportir. Dengan begitu maka bisa mendukung pendapatan devisa terutama ekspor barang dan jasa.

Pemerintah berharap peran swasta juga bisa memperkuat benteng perekonomian lantaran ketidakpastian masih berlangsung. "Kalau kita lihat hasil G20 tidak menunjukkan adanya kemungkinan menurun ketidakpastiannya," tandas Sri Mulyani.

Project Consultan Asian Development Bank Institute Eric Sugandi berpendapat, pertemuan politis seperti G20 tidak bisa diharapkan mempengaruhi kebijakan di tingkat global. "Kalaupun ada, hanya sesaat saja mempengaruhi secara negatif pergerakan pasar finansial global," ujarnya.

Menurut Eric, yang justru lebih penting adalah perundingan bilateral di luar kerangka G20 dan IMF. Misalnya, perundingan antara AS AS dan Eropa, AS dan Kanada, serta AS dan Meksiko untuk mencegah eskalasi perang dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×