kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petinggi SKK Migas bakal jadi Bos Pertamina?


Jumat, 03 Oktober 2014 / 18:14 WIB
Petinggi SKK Migas bakal jadi Bos Pertamina?
ILUSTRASI. Saudia Airlines akan melayani penerbangan 101.809 jemaah haji asal Indonesia. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinan Hutahaean mengatakan bahwa saat ini kondisi energi Indonesia dalam keadaan darurat.

"Kondisi energi kita sudah memasuki taraf darurat energi, saya tidak mengerti apakah ini tidak dipahami oleh pemangku kebijakan negara kita ini atau memang sengaja dipermainkan dengan bahasa politik yang meninabobokan masyarakat," ucapnya, Jumat (3/10).

Dilihat kondisi global saat ini, lanjut Ferdinan, produksi minyak migas dunia hanya sekitar 95 juta barel per hari, yang mana separuhnya dikonsumsi oleh negara produsen dan sisanya diperjualbelikan.  Dari kuota yang diperjual belikan itu, sebanyak 25 juta barel setiap harinya dibeli oleh 5 negara importer terbesar, seperti Amerika Serikat, China, Jepang, India. Sedangkan Indonesia ada di antrean ke 14 untuk mengimpor.

"Yang paling mengkhawatirkan adalah masih mampukah 5-10 tahun lagi berebut minyak impor di pasar internasional. Sementara bangsa kita ini bangsa lemah. Karena, siapa yang kuat secara militer maka dia yang akan mendapatkan pasokan minyak di pasar internasional," katanya.

Sementara itu, Direktur Global Future Institute (GFI) Hendrajit menilai segala rencana Jokowi dalam rangka memerangi mafia migas menunjukkan bahwa Jokowi tidak memiliki skema yang tepat. Pasalnya segala wacana yang sudah dibuat tidak ada yang menyentuh mafia di level hulu.

"Skema yang dimiliki para mafia itu sangat struktural dan kaderisasi. Mereka Meletakkan agen di satu institusi pemerintahan untuk mempengaruhi suatu kebijakan," ucapnya.

Hendrajit menuturkan, kader-kader mafia yang diletakkan ke dalam instansi pemerintahan biasanya berada di level-level yang di bawah seperti di eselon 3 atau eselon 1, bukan tingkat Menteri. Akan tetapi, meski kedudukannya di bawah namun bisa sangat berpengaruh terhadap kebijakan.

Satu nama baru muncul di kancah kursi Pertamina adalah Widhyawan Prawira Atmaja. Ia saat ini masih aktif menjabat sebagai Deputi Pengendalian Komersial SKK Migas. Widhyawan diprediksi akan bersaing bersama Darwin Silalahi dan Taslim Yunus yang sebelumnya hangat diperbincangkan bakal menempati posisi Direktur Utama (Dirut) Pertamina.

"Widyawan adalah orang dekat dengan Ari Soemarno yang akan di jadikan Dirut Pertamina. Sementara Ari Soemarno sendiri salah satu kandidat terkuat untuk menempati komisaris utama di Pertamina. Jika dilihat dari skemanya, ini merupakan upaya menggeser kekuatan mafia migas era SBY", ujar Hendrajit.  

Informasi yang beredar, Widyawan ditarik oleh Ari Soemarno dalam Tim Pokja Energi Rumah Transisi setelah Ahmad Faisal yang awalnya diusung menjadi kandidat Direktur Utama Pertamina, dinilai terlalu dekat dengan kelompok Jusuf Kalla. Kabarnya, Widyawan sampai cuti dari SKK Migas untuk membantu Ari Soemarno membuat konsep tata kelola energi di Rumah Transisi. (Sanusi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×