Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Bank Group memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara kawasan Asia Timur dan Pasifik pada tahun 2018 sebesar 6,3%.
Bank Dunia melihat, hal ini disebabkan oleh pemulihan global dan permintaan domestik yang tetap kuat. Meski demikian, ada sejumlah resiko yang perlu diwaspadai.
“Dengan prospek yang menguntungkan, pembuat kebijakan di kawasan disarankan untuk mengenali dan mengatasi tantangan yang muncul, di antaranya kenaikan suku bunga negara maju yang naik lebih cepat dari perkiraan serta kemungkinan adanya eskalasi ketegangan perdagangan akan membutuhkan kebijakan moneter yang lebih ketat dan penyangga fiskal yang lebih besar,” kata Wakil Presiden World Bank untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa dalam keterangannya, Kamis (12/4).
Menurut dia, perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3% ini tak lepas dari prediksi pertumbuhan ekonomi China yang bakal melambat untuk 2018 menjadi sekitar 6,5%. Sebab, ada perubahan arah ekonomi China dari investasi menuju konsumsi domestik dengan kebijakan yang fokus pada perlambatan ekspansi kredit dan peningkatan kualitas pertumbuhan.
Adapun pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik diperkirakan sebesar 5,4% atau tetap stabil dibanding tahun sebelumnya. Ia mengatakan, di Indonesia dan Thailand, pertumbuhan akan dibarengi dengan peningkatan prospek untuk investasi dan konsumsi swasta.
Sementara itu, Malaysia dan Vietnam diperkirakan menurun pertumbuhannya karena investasi publik di Malaysia berjalan moderat dan produksi pertanian di Vietnam berangsur stabil setelah rebound pada 2017.
"Prospek untuk negara dengan ekonomi yang lebih kecil umumnya lebih baik, didukung oleh harga komoditas yang lebih tinggi," ujarnya.
Beberapa negara lain yang pertumbuhan ekonominya akan meningkat adalah Myanmar, Mongolia, Papua Nugini, dan Kamboja. Sementara di Laos diprediksi cenderung stabil. Filipina juga ekonominya diproyeksikan tetap stabil
Untuk prospek pertumbuhan negara di Kepulauan Pasifik, menurut dia akan beragam. Misalnya, Fiji dan Kepulauan Solomon yang diproyeksi akan melemah yang disebabkan oleh kerentanan terhadap kondisi alam dan ketergantungan pada impor komoditas.
Ia melanjutkan , untuk meningkatkan pertumbuhan, peningkatan investasi publik dan swasta serta pertumbuhan produktivitas, dan sumber daya manusia, menjadi kunci. Untuk itu, ia mendorong para pembuat kebijakan perlu memberi fokus pada penanganan risiko terhadap stabilitas ekonomi sambil mengambil langkah untuk meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News