kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertemuan Menkeu ASEAN+3 fokus pada currency swap


Rabu, 02 Mei 2012 / 23:00 WIB
Pertemuan Menkeu ASEAN+3 fokus pada currency swap


Reporter: Herlina KD | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pekan ini, menteri keuangan dari negara-negara anggota ASEAN+3 melakukan pertemuan Asian Development Bank (ADB) di Filipina. Salah satu agenda yang diusung adalah membahas penambahan currency swap dalam rangka Chiang Mai Initiative dari yang semula US$ 120 miliar menjadi US$ 240 miliar.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, dalam pertemuan menteri keuangan negara-negara ASEAN+3 di Manila, Filipina pekan ini akan membicarakan tentang peningkatan dana komitmen (currency swap) Chiang Mai Initiative.

Agus bilang, setidaknya dana dalam Chiang Mai Initiative yang dikelola akan ditambah menjadi dua kali lipat dari US$ 120 miliar menjadi US$ 240 miliar. "Ini akan sangat baik untuk menjaga kestabilan ekonomi negara-negara ASEAN," jelasnya akhir pekan lalu.

Ekonom BCA David Sumual menilai, penambahan dana cadangan yang dihimpun negara-negara ASEAN+3 melalui Chiang Mai Initiative ini sangat baik untuk berjaga-jaga jika krisis terjadi. Mekanisme penggalangan dana cadangan semacam ini oleh negara-negara ASEAN yang dilakukan sejak krisis tahun 2008 lalu.

David menambahkan, mekanisme semacam ini ampuh untuk mencegah terjadinya krisis likuiditas antar negara di ASEAN. Bahkan, Chiang Mai Initiative yang memiliki mekanisme lebih cepat ketimbang IMF juga bisa mengatasi permasalahan likuiditas di kawasan ASEAN.

Menurutnya, meski dana cadangan dalam Chiang Mai Initiative akan terus bertambah secara bertahap, tapi David bilang hal ini tidak akan berpengaruh pada APBN. Pasalnya, "Currency swap agreement itu dilakukan antar bank sentral," katanya.

Lagipula, kata David, meski semua negara anggota ASEAN+3 wajib menambah komitmennya, tapi porsi dari masing-masing negara tentu berbeda. "Yang terbesar pastinya Jepang, China, dan Korea," jelasnya.

Tapi, Direktur Eksekutif INDEF Ahmad Erani Yustika berpendapat, krisis ekonomi global yang terjadi saat ini tidak banyak berpengaruh ke Indonesia. Pasalnya, tingkat ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan alias ekspor tak sebesar negara-negara lain di kawasan seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

Erani menilai, langkah penambahan dana cadangan Chiang Mai Initiative adalah upaya berjaga-jaga karena risiko beberapa negara ASEAN yang cukup tinggi terhadap gejolak ekonomi global terutama dari sisi perdagangan. Di sisi lain, Erani menilai risiko Indonesia untuk terkena dampak krisis cukup kecil.

Makanya, Erani bilang Indonesia perlu hati-hati dalam memberikan persetujuan penambahan dana cadangan dalam Chiang Mai Initiative. "Indonesia perlu cermat dengan situasi ini. Jangan sampai kita hanya dimanfaatkan oleh negara-negara ASEAN," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×