kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Perlambatan ekonomi dibutuhkan Indonesia


Rabu, 17 Juli 2013 / 09:14 WIB
Perlambatan ekonomi dibutuhkan Indonesia
ILUSTRASI. Wall Street kembali melemah setelah ketegangan geopolitik di perbatasan Ukraina kembali memanas


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dipandang positif oleh sejumlah kalangan. Menurut mereka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas jauh lebih penting ketimbang menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tidak berkualitas.

Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Mirza Aditzwyara, mengatakan pelambatan pertumbuhan ekonomi tidak masalah bagi Indonesia selama menghasilkan pembangunan ekonomi yang berkualitas dengan berkurangnya defisit neraca berjalan dengan menaiknya ekspor.

"Yang kita mau tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang di atas enam persen tetapi juga pertumbuhan yang ditopang dengan penguatan sisi ekspor, hanya dengan ini lah pembangunan ekonomi yang berkualitas dapat tumbuh," kata Mirza, di Jakarta, kemarin.

Selama ini, menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terlalu banyak ditopang oleh pertumbuhan yang dipaksakan. Seperti pertumbuhan kredit perbankan yang tidak sehat dan defisit neraca berjalan yang diakibatkan tekanan untuk mengimpor BBM dan barang konsumsi. Ini yang harus coba diubah.

"Perbankan sendiri memang saya lihat cenderung tidak sehat terlalu banyak ditopang kredit konsumsi ketimbang investasi, selain itu kita selalu defisit karena penggunaan kuota BBM yang terus bertambah, itu menekan impor yang semakin tinggi untuk barang konsumsi dan barang modal," katanya.

Menurutnya Indonesia harus mengubah pola pertumbuhan ekonomi dengan menekankan kepada sisi investasi. Sehingga kedatangan investasi langsung luar negeri atau Foreign Direct Investment (FDI) akan menjadi backbone bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perbankan juga diminta mulai memperbanyak kredit investasi kepada masyarakat.

Untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini LPS memperkirakan akan tumbuh dibawah enam persan atau 5,8 persen dengan tingkat inflasi sebanyak 8,1 persen. Pertumbuhan PDB akan dikontribusikan melalui investasi, pengeluaran pemerintah dan konsumsi swasta sementara eksport dan importnya menurun.

Pertumbuhan ini akan dicapai dengan pertumbuhan kredit (loan) perbankan sebanyak 20,5% dengan pertumbuhan deposito sebanyak 16,6%. Pertumbuhan kredit perbankan jauh dibawah tahun lalu yang mencapai 23,1%. Sedangkan pertumbuhan deposito menaik dari tahun lalu yang hanya mencapai 15,7%. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×