Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi China bangkit dengan mencatat pertumbuhan hingga 7% pada kuartal III 2017 ini. Membaiknya pertumbuhan ekonomi China tersebut berpengaruh besar terhadap nilai ekspor Indonesia ke negara tersebut.
Hingga saat ini, China masih menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik China 19 Oktober lalu, terjadi kenaikan pendapatan produk domestik bruto (PDB) sebesar 6,9% year on year (yoy), tumbuh 0,2% dari periode yang sama tahun lalu.
Proyeksi pertumbuhan produksi pabrik pun terlampaui dengan capaian 6,6%. Ini semakin menguatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada akhir tahun akan melebihi target yang ditetapkan sebesar 6,5%.
Dilihat dari struktur impor China akhir-akhir ini, Direktur Penelitian CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai, telah terjadi perubahan struktur ekonomi yang dulunya mengandalkan produksi beralih pada konsumsi dan jasa. Hal ini memengaruhi pergeseran permintaan kebutuhan dari Indonesia.
“Semestinya dengan perubahan peningkatan konsumsi di China atau konsumsi domestik dalam negeri, produk manufaktur dari Indonesia sudah mulai naik dari sisi nilainya atau pertumbuhannya,” ujarnya, Minggu (22/10).
Ekspor sektor energi juga memiliki peluang peningkatan yang besar. Menurut Benny Soetrisno, Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia, akan terjadi peningkatan ekspor bahan energi di antaranya batubara dan bahan baku mineral seperti nikel, bauksit, mangan, timah dan lain-lain serta CPO. “China masih membutuhkan energi untuk tenaga pembangkit,” kata itu.
Sebagai mitra dagang, China merupakan negara tujuan utama ekpor Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), China menduduki posisi pertama tujuan ekspor migas dan ekspor nonmigas Indonesia disusul oleh Amerika Serikat dan Jepang. Per September 2017, Ekspor nonmigas terbesar Indonesia adalah ke China dengan nilai US$ 1,89 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News