Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang yang terus berlangsung membuat Indonesia berada di antara dua pilihan, yaitu mengambil kesempatan dan keuntungan, atau malah menjadi korban dari perang dagang.
Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), saat ini Indonesia masih belum bisa mengambil keuntungan yang cukup besar. Tidak seperti Vietnam yang bisa mengikuti flow dengan mendapat kesempatan yang ada.
Baca Juga: Setelah Dua Hari Berturut-turut Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Menguat
"Justru kita malah mendapat masalah, harga batubara kita turun, crude palm oil (CPO) juga turun. Belum lagi dari sisi ekspor yang menurun dan impor naik tipis, terutama impor minyak dan gas (migas) yang masih menjadi masalah," ujar Jusuf Kalla pada Kamis (17/10) di Jakarta.
Menurut JK, ada dua alasan yang mengakibatkan Indonesia tidak bisa mengambil kesempatan tersebut. Pertama, karena Indonesia dipandang masih belum siap dari sisi investasi. Investasi Indonesia memang bertumbuh, tetapi tidak subur seperti harapan. Tidak seperti negara lain seperti Vietnam dan Thailand yang mampu menangkap aliran investasi.
Kedua, Indonesia dinilai telat dan dianggap tidak mau terlalu "bebas" dalam berdagang. Ini juga dilihat dengan negara tujuan ekspor kita yang masih tergantung dengan negara-negara tradisional seperti China, Australia, dan Uni Eropa (UE).
Baca Juga: Peringatan analis: Tren suku bunga nol atau negatif sesat dan racun bagi ekonomi
Namun, JK mengatakan bahwa Indonesia sudah mulai membuat perjanjian dagang dengan beberapa negara tradisional tersebut. Hal ini dinilai akan lebih menguntungkan.
"Agak terlambat, tetapi kita akan membuat perjanjian dagang dengan UE, Amerika, dan semoga bisa bertambah," kata JK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News