Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHS Markit baru saja melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia bulan April di level 27,5. Posisi ini merosot jauh dibandingkan dengan indeks bulan Maret, yaitu 43,5.
Bahkan, posisi PMI manufaktur ini menunjukkan kinerja terendah di dalam sejarah.
Penurunan tajam dari PMI manufaktur ini, tak lain merupakan dampak yang ditimbulkan oleh wabah virus Corona yang berimbas pada sektor industri. Akibatnya, banyak penutupan pabrik serta anjloknya permintaan, output, dan permintaan baru.
Baca Juga: Ancaman AS ke China membuat harga minyak terjun bebas, WTI anjlok 5% dan Brent 0,4%
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, penurunan kinerja manufaktur tersebut akan terus berlanjut sampai dengan bulan Mei ini.
Terlebih, dengan adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah saat ini.
"Jadi ini pemburukan puncaknya terjadi di bulan April. Diperkirakan bulan Maret akhir, April, dan kemungkinan sampai bulan Mei ini. Selain itu, Indonesia juga mengalami kontraksi impor 3,7% seiring dengan kontraksi dari industri manufaktur," ujar Sri di dalam agenda rapat virtual dengan DPR, Senin (4/5).
Penurunan kinerja manufaktur di bulan April juga turut berkontribusi terhadap penurunan kinerja impor. Berdasarkan realisasi kuartal I, kinerja impor Indonesia mengalami kontraksi 3,7% yang disebabkan oleh adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal.
Baca Juga: PMI manufaktur Indonesia terendah sepanjang sejarah
Sri melanjutkan, indeks manufaktur Indonesia di bulan April ini merupakan indeks terendah apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Untuk itu, kontraksi kinerja manufaktur ini akan terus diwaspadai oleh pemerintah, agar tidak terjatuh lebih dalam lagi ke depannya.
"PMI kita dropnya sangat-sangat dalam hanya dalam satu bulan. Kedalaman dari jatuhnya sektor manufaktur ini harus kita waspadai," kata Sri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News