Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga berencana bersama Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) untuk memanfaatkan hasil riset bagi pengembangan produk UMKM.
"Kedua yang tidak bisa dilakukan UMKM adalah Riset and Development (RnD). Jadi bagaimana mereka mengembangkan produk, model dan lain sebagainya, yang sepertinya ini yang saya kira perlu kita siasati. Karena sampai kapanpun mungkin karena tidak punya pembiayaan untuk RnD, karena itu dia akan kalah bersaing terus dengan usaha besar. Kami sudah ada rencana dengan Badan Riset Nasional untuk memanfaatkan hasil-hasil riset untuk produk UMKM," ungkapnya.
Selain akses pasar, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio menekankan, perlu juga adanya dukungan dari para pejabat dan juga tokoh publik dalam mempromosikan produk UMKM.
Baca Juga: Hingga Juli 2020, Pegadaian sudah bebaskan bunga pinjaman kepada 1,9 juta nasabah
"Misalnya kalau batik dipakai Gubernur Bank Indonesia mungkin kalau harganya tadinya cuma Rp 200.000 karena dipakai oleh kalangan seperti Bapak-Bapak Menteri dan Gubernur BI dan OJK menjadi naik, hal ini yang bisa membuat barang itu menjadi punya nilai lebih," jelasnya.
Senada dengan MenKopUKM, produk lokal atau UMKM juga disebut Wishnutama wajib untuk melakukan inovasi yang sejalan dengan apa yang saat ini tengah digandrungi untuk tetap kompetitif.
"Bagaimana kita mengubah sesuatu menjadi dipresentasikan kekinian, itu hal yang penting jadi memang ini sebuah ekosistem yang harus saling menunjang dari tadi paten, akses pasar internasional, pasar nasional juga dan lain sebagainya tetapi produknya sendiri itu harus harus kompetitif produknya sendiri harus punya nilai jual di era sekarang ini," kata Wishnutama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News