Reporter: Handoyo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Para pengusaha mendukung reaktivasi perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Ada enam sektor penting yang dibahas dalam perundingan reaktivasi kerjasama dagang yang ditargetkan rampung pada pertengahan tahun 2017 itu.
Keenam sektor itu adalah pendidikan tinggi, kesehatan, pertambangan, jasa, usaha rintisan digital serta pertanian. Kedua negara berpotensi membangun hubungan kerjasama yang lebih erat dan saling menguntungkan dalam enam sektor itu.
Kunci perundingan IA-CEPA memang ada di tangan pemerintah, tapi kesuksesan perundingan ini juga sangat bergantung pada hubungan antar pelaku usaha kedua negara. Makanya, untuk menampung usulan dalam proses negosiasi IA-CEPA para pengusaha dari kedua negara membentuk wadah Indonesia-Australia Business Partnership Group (IA-BPG).
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan Australia tak hanya sebatas penurunan tarif perdagangan tapi juga terkait faktor non tarif.
"Selama ini, penerapan standar dan kualitas terhadap produk yang masuk ke Australia cukup ketat," ujar Shinta.
Masuknya investasi serta alih teknologi melalui program magang juga menjadi poin penting bagi Indonesia. Selama ini Australia kuat dalam industri pertanian dan peternakan. Dengan kerjasama ini, pengembangan sektor pertanian di Indonesia diharapkan bisa lebih baik.
IA-BPG meyakini kerjasama ekonomi antara dua negara bisa tercapai diantaranya dengan menghilangkan hambatan perdagangan dan mempermudah regulasi. "Kami mengharap agar dalam proses negosiasi para pelaku usaha tetap dilibatkan," kata Shinta.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito menuturkan, dalam teknis negosiasi sektor-sektor yang akan menjadi sasaran penurunan tarif masih dibahas. "Nanti kami akan evaluasi, setiap perbedaan tarif tentu ada alasannya," kata Enggar.
Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobo mengatakan, selama ini hubungan kedua negara sudah baik. Dia optimistis, dengan tercapainya kesepakatan dalam negosiasi reaktivasi IA-CEPA maka kerjasama perdagangan kedua negara akan semakin baik.
Rekomendasi dan masukan dari pelaku industri dalam proses negosiasi juga penting. Beberapa diantaranya adalah kemitraan dalam pengembangan sektor daging dan ternak Indonesia, kerjasama jasa keuangan dan kolaborasi di industri kreatif.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, tren perdagangan Indonesia-Australia periode tahun 2011-2015 turun 4,25%. Tahun lalu, total perdagangan Indonesia dengan Australia mencapai US$ 8,5 miliar atau turun 19,8% dari tahun sebelumnya yang senilai US$ 10,6 miliar.
Nilai ekspor Indonesia ke Australia di tahun 2015 mencapai US$ 3,7 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Australia sebesar US$ 4,8 miliar. Alhasil, tahun lalu perdagangan Indonesia dengan Australia masih defisit sekitar US$ 1,1 miliar.
Sepanjang semester I-2016, defisit perdagangan non migas Indonesia dan Australia tercatat US$ 950 juta. Nilai itu turun 15,92% dari periode yang sama 2015 sebesar US$ 1,13 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News