kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Penerbitan SBN neto mencapai Rp 641,7 triliun hingga September 2021


Kamis, 14 Oktober 2021 / 11:26 WIB
Penerbitan SBN neto mencapai Rp 641,7 triliun hingga September 2021
ILUSTRASI. Kompleks gedung kantor pusat Kementerian Keuangan di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, hingga akhir September 2021, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sudah mencapai Rp 641,7 triliun atau 73% dari target neto yang sebesar Rp 879,5 triliun.

“Sampai dengan akhir September 2021, penerbitan SBN neto mencapai Rp 641,7 triliun atau 73,0% dari target neto sebesar Rp 879,5 triliun,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman kepada Kontan.co.id, Kamis (14/10).

Ke depannya Luky mengatakan, Pemerintah akan merencanakan penerbitan SBN melalui lelang dan SBN ritel dengan tetap memperhitungkan kebutuhan pembiayaan Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara (APBN).

Baca Juga: Pemerintah sudah menyedot dana Rp 779,61 triliun dari lelang SBN tahun ini

Sebagai informasi, sebelumnya, pemerintah menyatakan  akan berupaya dalam menggunakan sumber pembiayaan APBN yang efisien untuk menekan rasio utang ke depannya. Luky Alfirman mengatakan, salah satu sumber efisien yang akan dimanfaatkan adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya.

“Di tahun 2021 ini, pemerintah menggunakan SILPA dan sumber lainnya untuk mengurangi pembiayaan utang sampai dengan Rp 219 triliun,” ujar Luky

Selain menggunakan SILPA, pemerintah tetap akan memanfaatkan fleksibilitas instrumen utang. Dalam hal ini, pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri yang biayanya dirasa lebih efisien. Plus, pemerintah akan melakukan konversi pinjaman ke pinjaman yang memiliki biaya lebih murah. 

Selanjutnya: 3 Alasan tepat berinvestasi saat ini, bocoran Gubernur BI Perry Warjiyo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×