CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Penerbitan euro bond mundur semester II


Senin, 23 Februari 2015 / 10:22 WIB
Penerbitan euro bond mundur semester II
ILUSTRASI. Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilepas Asing Saat IHSG Tertekan Kemarin


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kebijakan bank sentral Eropa mengeluarkan kucuran stimulus atau quantitative easing (QE) tahun ini juga menguntungkan kebijakan manajemen utang Indonesia. Pemerintah bisa lebih longgar menerbitkan surat utang berdenominasi valuta asing. Tak heran, penerbitan surat berharga negara (SBN) bermata uang euro pun mundur ke semester II.

Padahal, pemerintah sebelumnya merencanakan semua surat utang dalam denominasi valuta asing terbit pada semester pertama 2015. Kini setelah ada QE dari The European Central Bank (ECB), utang internasional pemerintah yang terbit semester pertama hanyalah global sukuk dan samurai bond.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Robert Pakpahan mengatakan, penerbitan euro bond bisa ditunda tanpa risiko kenaikan suku bunga. Pasalnya, QE ECB menyebabkan banjir likuiditas di Eropa.

Dalam kebijakan QE ini, ECB akan membeli obligasi negara anggota Uni Eropa hingga € 50 miliar per bulan. Program ini berlangsung mulai Maret 2015 hingga akhir 2016. Kebijakan ECB ini dinilai bagus bagi yield atau imbal hasil obligasi pemerintah. "Arus (investor) lebih tinggi karena ada QE Eropa. Harganya bisa lebih murah," ujar Robert akhir pekan lalu.

Namun, Robert masih merahasikan jumlah target indikatif penerbitan euro bond. Sebelumnya, Kementerian Keuangan telah berhasil menjual euro bond senilai € 1 miliar atau sebesar US$ 1,4 miliar pada Juli 2014. Permintaan yang masuk pada saat itu mencapai € 6,7 miliar atau hampir tujuh kali dari nilai penerbitan.

Robert mengatakan, dengan adanya kucuran stimulus ini maka minat investor yang akan masuk bisa lebih tinggi dari tahun lalu. Hal itu akan membantu pemerintah mencapai target penerbitan SBN berbentuk valuta asing pada tahun ini yang mencapai 23% dari total target penerbitan obligasi negara secara gross sebesar Rp 451,8 triliun.

Sebelumnya, porsi valas adalah 20% dari penerbitan total. Jika dibagi dengan kurs rupiah Rp 12.500 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, maka penerbitan SBN adalah US$ 36,1 miliar. "Kalau 23% dari itu sekitar US$ 8 miliar. Itu yang mau saya terbitkan dalam valas tahun ini secara total," terang Robert.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat, strategi pemerintah memundurkan penerbitan euro bond ke semester kedua adalah strategi yang tepat. Eropa akan melonggarkan kebijakan moneternya sehingga suku bunga relatif melandai dan tidak ada urgensi harus terbit segera.

Apalagi saat-saat sekarang ini masih ada risiko negosiasi Yunani dan Uni Eropa yang berpengaruh negatif bagi pasar. Selama mundurnya penerbitan euro bond, David menyarankan pemerintah dapat melakukan persiapan yang matang untuk penerbitan obligasi tersebut. Pemerintah harus gencar promo atau sosialisasi di pasar Eropa.

Dari sisi minat pasar, Indonesia masuk dalam kategori negara berkembang yang stabil. "Seharusnya pasti menarik untuk dibeli," papar David.

Apalagi, tersiar kabar Standard and Poor (S&P) bakal meningkatkan peringkat rating Indonesia. Sebab sejauh ini hanya S&P yang masih memberi predikat peringkat utang Indonesia di bawah investment grade. Peningkatan peringkat ini akan membuat investor semakin tertarik membeli obligasi Indonesia.

Tambahan saja, pada awal tahun ini pemerintah sudah berhasil melepas global bond berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS). Obligasi itu terbit pada awal Januari 2015 senilai US$ 4 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×