Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan realisasi penanaman modal asing alias foreign direct investment (FDI) sejak awal tahun hingga Senin (23/3) tumbuh 4%-5% secara tahunan.
BKPM mencatat realisasi investasi langsung asing (FDI) periode Januari-Maret 2019 tercatat mencapai Rp 195,1 triliun. Artinya, sampai dengan Senin (23/3)sudah ada Rp 202,9 triliun-Rp 204,85 triliun.
Pencapaian tersebut sudah sekitar 23% dari target realiasai investasi langsung 2020 senilai Rp 866 triliun.
Baca Juga: Kepala BKPM sebut Belanda investasikan Rp 3 triliun untuk pembangunan pabrik susu
Namun demikian, Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai realisasi FDI yang dicatat oleh BKPM adalah hal yang natural.
Menurutnya, peningkatan investasi 4%-5% adalah natural dan bukan prestasi. Alasannya, dalam setiap investasi setiap tahunnya pasti ada penyusutan.
Nah realisasi FDI tersebut hanya mampu menutupi penyusutan tersebut. Menurut Enny, investasi langsung baru bisa dikatakan moncer ketika pertumbuhannya doble digit. “Kami membacanya investasi baru hampir tidak ada,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Senin (23/3).
Enny mengendus realisasi investasi yang dicatat BKPM adalah komitmen yang diambil perekonomian masih sehat atau sebelum corona virus disease 2019 (Covid-19) menjadi sentimen. Dus, realisasi di tahun ini adalah eksekusi dari tahun lalu.
“Wajar saja di sektor riil masih tumbuh, karena proses eksekusi pasti dari pengajuan di periode sebelumnya,” ujar Enny.
Enny mengatakan Covid-19 ini tidak bisa dianggap enteng sekalipun bagi FDI. Perkiraan Enny, FDI akan mandek seiring investor yang menunggu kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19.
Di sisi lain, Enny khawatir eksekusi dari FDI akan terhambat. Menurutnya, SOP pemerintah saat ini akan membuat tahap konstruksi investasi terhambat. Seharusnya, pemerintah sudah mengatur konsep lockdown dalam situasi seperti saat ini. Mengingat setiap daerah memiliki cemaran Covid-19 yang berbeda.
Sehingga, harapannya bagi daerah yang masih aman dan merupakan tempat FDI dapat dilakukan proses konstruksi. “Yang bisa meyakinkan mitigasi bagaimana penyebaran Covid-19 bisa ditangani oleh pemerintah, dan meyakinkan proses konstruksi pembangunan pabrik sampai beroperasi. Tapi ini penangan berlarut-larut percuma investasi tidak akan masuk,” ujar dia.
Baca Juga: BKPM: Investasi asing langsung (FDI) tahan banting terhadap dampak virus corona
Sementara itu, catatan BKPM kontributor FDI dalam penanaman modal asing (PMA) berasal dari Singapura, China, Jepang, dan Korea Selatan. Nah, masalahanya, saat ini negara tersebut dalam situasi perekonomian yang tidak sehat. Setali tiga uang, Indef mengendus demand investasi langsung akan minim.
Menurut Enny pemerintah perlu menggiring investor masuk ke sektor manufaktur. Sebab, sektor ini paling besar memberi dampak multiplier, mulai dari peningkatan tenaga kerja, substitusi impor, dan mendorong daya beli masyarakat.
“Sektor manufaktur, permasalahannya tiap tahun sama energi, logistik, infrastruktur kawasan industri. Kalau tidak punya kompotitifness tidak menguntungkan mereka (investor). Makanya tahun lalu yang besar itu jasa seperti sektor pergudangan, logistik, pengangkutan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News