Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Meskipun harga minyak mentah dunia dalam tren penurunan, namun hingga kini pemerintah belum memastikan diturunkannya harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal Agustus mendatang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih membahasnya dengan kementerian terkait lainnya.
Setyo Rini Tri Hutami, Direktur Pembinaan Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, ada tiga hal yang mempengaruhi peneratapn harga BBM. Pertama, perkembangan harga jual minyak solar di Singapura atawa mid oil plats Singapore (MOPS).
"Penetapan harga BBM di Indonesia mengikuti perkembangan harga MOPS bukan Indonesian Crude Price (ICP), meskipun memang harga MOPS dipengaruhi oleh harga minyak mentah," Rini ketika dihubungi KONTAN, Minggu (26/7).
Asal tahu saja, harga minyak mentah atawa crude oil sedang menurun. Berdasarkan data di Bloomberg per Minggu kemarin, harga jual crude oil ICE mencapai US$ 54,62 per barel. Sementara ICP Juni 2015 US$ 59,4 per barel.
Kedua, hal yang mempengaruhi penetapan harga BBM di Indonesia yaitu perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Rini bilang, perkembangan harga minyak mentah maupun solar di pasar global dalam posisi tren menurun, tapi hal ini tidak serta merta dapat mempengaruhi harga jual BBM di Indonesia.
Sebab, pembelian BBM di Indonesia sebagaian besarnya didatangkan secara impor. "Rupiah saat ini kan masih lemah terhadap dolar, sehingga belum dipastikan BBM bisa turun," kata dia.
Terakhir, kebijakan pemerintah untuk menambal kerugian PT Pertamina. Menurut Rini, sejak Maret silam Pertamina mengalami kerugian karena menjual BBM di bawah harga pasar ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan.
Sehingga, lanjut dia, sangat memungkinkan harga solar dan premiun tetap bertahan untuk tetap memberikan keuntungan lebih bagi Pertamina karena sebelumnya merugi. "Sejak Maret kerugian Pertamina dalam menjual premium capai Rp 12 triliun," kata dia.
Rini menambahkan, keputusan naik tidaknya harga BBM masih dalam pembahasan lintas kementerian. Sehingga, sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan penetapan harga premium dan solar ke depannya.
David Sumual, pengamat ekonomi mengatakan, selama ini pemerintah tidak konsisten dalam menjalankan kebijakan harga BBM. "Sebelumnya, perubahan harga BBM kan dievaluasi dua minggu sekali, namun kenyataannya sampai tiga bulan lebih tidak ada perubahan harga," kata dia.
Menurut dia, seharusnya pemerintah konsisten menyesuaikan harga premium dan solar sesuai dengan perkembahan harga MOPS. Sebab, kondisi harga BBM sangat mempengaruhi inflasi. Saat ini, premium sudah tidak lagi disubsidi dan subsidi solar tetap sebesar Rp 1.000 per liter.
David bilang, pemerintah juga sebaiknya menetapkan batas harga batas bawah sehingga dapat dimanfaatkan Pertamina untuk menjaga stabilitas harga BBM di dalam negeri. "Perubahan harga BBM jangan langsung tinggi, harus konsisten secara berkala misalnya dua minggu sekali," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News