Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pembiayaan berbasis utang menjadi cara pemerintah menggerakkan roda perekonomian untuk bisa melakukan pembangunan. Karena tahun 2014 adalah tahun politik, pemerintah pun menyiasati ketidakpastian dengan menerbitkan utang dalam jumlah besar pada periode pertama.
Mari kita lihat. Pada awal tahun kuda kayu ini pemerintah menawarkan obligasi denominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau global bond. Instrumen ini diserbu investor sehingga pemerintah berhasil menyerap US$ 4 miliar.
Ada sukuk ritel alias sukri. Hanya dalam dua pekan dibuka pada 14-28 Februari 2014, sukuk ritel mencatat pemesanan yang masuk mencapai Rp 19,35 triliun. Dari jumlah itu pemerintah menyedot Rp 19,32 triliun.
Terakhir pada Senin kemarin (10/3) pemerintah memenangkan Surat Utang Negara (SUN) valuta asing (valas) di pasar domestik sebesar US$ 350 juta. Dalam waktu dekat pada Selasa pekan depan (18/3) pemerintah akan mengadakan lelang SUN dalam mata uang rupiah dengan target sebesar Rp 10 triliun.
Tercatat hingga 4 Maret 2014 total penerbitan SBN telah mencapai Rp 139,9 triliun. Nilai ini sudah mencapai 38,88% dari target kebutuhan total utang 2014 sebesar Rp 359,84 triliun.
Karena pemerintah menerapkan strategi front loading alias penerbitan utang di awal tahun, pemerintah pun berniat menggeser penerbitan euro bond yang seyogianya dijadwalkan pada semester pertama 2014. "Karena front loading cukup banyak mungkin kita perlu geser (euro bond)," ujar Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan, Rabu (12/3).
Jadi kemungkinan euro bond akan diterbitkan pada paruh kedua 2014 dengan rencana tenor di bawah 10 tahun. Melirik lebih dalam, posisi asing dalam utang Indonesia pun semakin meningkat. Melihat data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), posisi asing pada SBN pada Januari 2014 sebesar Rp 4,82 triliun sehingga secara year to date (ytd) posisi asing sebesar Rp 328,65 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News