kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah dan BI yakin pengusaha akan perhatikan daya beli konsumen


Rabu, 04 Juli 2018 / 20:50 WIB
Pemerintah dan BI yakin pengusaha akan perhatikan daya beli konsumen
ILUSTRASI. Belanja ritel makanan ringan di HERO Supermarket


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang telah menembus level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS) diakui sejumlah pengusaha, berdampak pada bisnisnya. Salah satunya, oleh pengusaha makanan dan minuman.

Pengusaha memang masih menanti pergerakan nilai tukar rupiah dan mengkaji proyek bisnisnya. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman bahkan menyatakan, siap menaikkan harga jual produk sebagai jalan akhir untuk mengurangi potensi kerugian.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Suahasil Nazara mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah akan berimbas ke harga-harga domestik, terutama untuk barang-barang dengan bahan baku impor yang tinggi. Meski demikian, Suahasil yakin penyesuaian harga tak langsung dilakukan.

Sebab, "Pengusaha memperhitungkan juga daya beli masyarakat dan waktu yang tepat agar produknya tetap laku," kata Suahasil kepada KONTAN, Rabu (4/7).

Daya beli masyarakat memang belum sepenuhnya membaik. Ini tercermin dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama 2018 yang masih berada di bawah 5% secara year on year (yoy), yaitu 4,94%. Walaupun optimisme konsumen yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan kenaikan sejak Maret hingga Mei 2018 lalu.

Suahasil melanjutkan, tingkat inflasi yang hingga Juni tercatat 3,12% yoy masih terkendali. Oleh karena itu, ia memperkirakan, inflasi di akhir 2018 masih akan ada di level 3,5%. "Pemerintah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) akan terus memantau inflasi ke depannya," imbuhnya.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memperkirakan, pengaruh perubahan nilai tukar rupiah tetap rendah, meski pelemahannya cukup tajam. "Sebab, produsen tetap menjaga pangsa pasar di tengah konsumsi masyarakat yang belum pulih," kata Dody.

Dody melanjutkan, seandainya ada kenaikan harga karena pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah, BI memperkirakan inflasi tahun ini masih akan ada dalam target sasaran inflasi sebesar 3% plus minus 1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×