kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan Rupiah Makin Dalam, Eksportir Mendapat Untung?


Selasa, 11 Oktober 2022 / 20:44 WIB
Pelemahan Rupiah Makin Dalam, Eksportir Mendapat Untung?
ILUSTRASI. Kurs rupiah di pasar spot tak berdaya hingga akhir perdagangan hari ini. Selasa (11/10), rupiah ditutup di level Rp 15.358 per dolar Amerika Serikat (AS).


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot tak berdaya hingga akhir perdagangan hari ini. Selasa (11/10), rupiah ditutup di level Rp 15.358 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pelemahan rupiah tidak selamanya berdampak negatif. Ada juga yang diuntungkan dari pelemahan mata uang Garuda ini.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanti mengatakan, pelemahan rupiah menjadi keuntungan bagi eksportir. Hanya saja, tidak semua hal yang berkaitan dengan ekspor akan diuntungkan. Hanya eksportir yang menaruh uangnya ke Indonesia dikarenakan adanya selisih kurs yang cukup tinggi.

"Itu relatif menguntungkan buat mereka, membantu mereka karena istilahnya mereka menggunakan sumber dayanya disini, misalkan untuk tenaga kerja mereka membayar pakai rupiah dan ongkos transportasi dan lain-lain ya mungkin sebaiknya bayar pakai rupiah," ujar Eko kepada Kontan.co.id, Selasa (11/10).

"Nah dari situ kalau dia jualan ke luar negeri terus rupiahnya melemah, itu dia untung, ada tambahan selisih kurs," tambahnya.

Baca Juga: Simak Proyeksi Rupiah untuk Perdagangan Rabu (12/10)

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada bulan Agustus 2022 dengan keuntungan neraca perdagangan barang pada bulan tersebut sebesar US$ 5,76 miliar.

Surplus neraca dagang pada bulan Agustus 2022 ini didorong nilai ekspor yang lebih tinggi dari nilai impor. Adapun nilai ekspor pada Agustus 2022 tercatat US$ 27,9 miliar, sedangkan impor tercatat sebesar US$ 22,15 miliar.

Eko melihat, dalam situasi saat ini sebenarnya pelemahan rupiah tidak terlalu banyak dalam mendukung ekspor. Hal ini dikarenakan negara-negara mitra dagang Indonesia mengalami perlambatan ekonomi. Untuk itu, tidak kemudian mereka berbondong-bondong mengimpor lebih banyak dikarenakan daya beli masyarakat yang melemah efek perlambatan ekonomi negara tersebut.

"AS inflasinya masih tinggi, China juga menuju resesi. Jadi tidak banyak pengaruhnya si untuk ekspor," tutur Eko.

Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi mengatakan, rupiah memang terdepresiasi di tahun ini. Namun, ia melihat masih relatif manageable dibandingkan dengan negara lain.

Selain itu, volatilitas rupiah juga lebih rendah dikarenakan sektor komoditas harganya masih tinggi terutama batubara sehingga Indonesia meraih surplus neraca dagang dua tahun lebih secara beruntun.

"USD earner companies terutama yang berorientasi ekspor memang diuntungkan, namun di sisi lain bagi yang bahan bakunya banyak impor seperti farmasi juga menghadapi tantangan," kata Tirta kepada Kontan.co.id, Selasa (11/10).

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Apakah Eksportir Diuntungkan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×