Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja ekspor dan impor April 2017, Senin (15/5). Bank Indonesia (BI) dan sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN memperkirakan neraca perdagangan April kembali mencatatkan surplus, meski harga sejumlah komoditas menurun.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, pihaknya memperkirakan ekspor bulan lalu lebih rendah dibanding Maret lantaran adanya penurunan harga beberapa komoditas ekspor.
"Tetapi secara net, (neraca dagang) masih akan surplus di April," kata Dody saat dihubungi KONTAN, Jumat (12/5). Pihaknya optimistis harga komoditi akan tetap pada level yang tinggi hingga akhir 2017 nanti sehingga kinerja ekspor tahun ini akan lebih baik lagi.
Sekadar gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dan impor April 2016 sebesar US$ 11,45 miliar dan US$ 10,78 miliar sehingga surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 667,2 juta.
Sementara nilai ekspor dan impor Maret 2017 masing-masing tercatat US$ 14,59 miliar atau tumbuh 23,55% year on year (YoY) dan US$ 13,36 miliar atau tumbuh 18,19% YoY. Dengan demikian, neraca dagang April mencatat surplus US$ 1,23 miliar.
Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memperkirakan, nilai ekspor dan impor masih tumbuh dua digit, yaitu masing-masing sebesar 24,9% YoY dan 23,2% YoY. Dengan demikian, nilai ekspor dan impor yang diperkirakan Aldian sebesar US$ 14,3 miliar dan US$ 13,28 miliar sehingga neraca dagang diperkiakan surplus US$ 1,019 miliar.
Pertumbuhan ekspor kata Aldian, disebabkan oleh mulai normalnya ekspor mineral mentah setelah pemerintah memberikan izin ekspor untuk Freeport. Sementara pertumbuhan impor disebabkan oleh membaiknya impor barang konsumsi karena persipan lebaran dan barang modal terkait dengan investasi.
Meski demikian, nilai ekspor dan impor April yang diperkirakan Aldian, lebih rendah dibanding Maret lalu. "Kami melihat memang ada konsolidasi di harga komoditas. Tetapi secara keseluruhan masih cukup tinggi bila dibanding tahun 2016," kata Aldian.
Aldian mengamini proyeksi BI. Menurutnya, dinamika suplai dan permintaan komoditas masih mendukung harga komoditas di tahun ini, terutama terhadap harga minyak mentah.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman memproyeksi ekspor dan impor bulan lalu sebesar US$ 13,36 miliar atau tumbuh 21,07% YoY dan US$ 12,92 miliar atau tumbuh 19,52% YoY. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan April sebesar US$ 970 juta, lebih rendah dari surplus bulan sebelumnya.
Menurut Juniman, meski tumbuh secara tahunan, nilai ekspor dan impor bulan lalu lebih rendah dibanding Maret. Dari sisi ekspor, sejumlah harga komoditas tercatat menurun, seperti minyak mentah, CPO, batubara, dan barang-barang logam, seperti timbal, nikel, tembaga, dan seng. Sementara sumbangan ekspor dari Freeport masih sedikit karena memulai ekspor kembali di akhir April.
Dari sisi impor, penurunan harga minyak mentah internasional membuat impor migas mengalami penurunan. Selain itu, impor menjelang persiapan puasa dan lebaran lebih banyak dilakukan di Maret lalu.
Ia meramal, harga komoditas di kuartal ketiga dan keempat mendatang cenderung stagnan dibanding tahun lalu saat sejumlah komoditas mulai merangkak naik. Menurutnya, pergerakan harga komoditas akan sangat tergantung pada perbaikan ekonomi global di tahun ini.
Meski membaik, ia melihat masih ada risiko, misalnya belum membaiknya investasi di negara-negara maju. "Jangan harap harga komoditas naik tinggi. Kalaupun ada lonjakan, moderat saja. Harga minyak mentah saya rasa tidak akan melebihi US$ 50-US$ 60 per barel," kata Juniman.
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan neraca perdagangan April 2017 sebesar US$ 869 juta. Suprlus tersebut disumbang oleh nilai ekspor yang diperkirakan sebesar US$ 13,78 miliar atau tumbuh 20,4% YoY dan nilai impor US$12,93 miliar atau 20% YoY.
Menurutnya, kinerja ekspor akan mencatatkan pertumbuhan yang solid. Sementara impor diperkirakan meningkat karena kombinasi persiapan puasa dan peningkatan aktivitas ekonomim, terutama investasi.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede meramal neraca perdagangan bulan lalu sebesar US$ 755,85 juta. Ia memperkirakan ekspor tumbuh 21% YoY dan impor tumbuh 21,42% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News