Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) mengantongi modal sebesar US$ 20 miliar. Modal ini rencananya akan dialokasikan untuk 20 proyek di berbagai sektor.
Ekonom Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) Achmad Nur Hidayat mengatakan pengalokasian modal Danantara sebesar US$ 20 miliar atau sekitar Rp 326 triliun, bakal menimbulkan polemik terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tanpa strategi mitigasi akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (25/2).
Baca Juga: Danantara Bikin IHSG Jeblok, Saham TLKM Hingga BBRI Ambles
Di samping itu, Achmad mengungkapkan, dalam jangka pendek, pengurangan belanja negara yang signifikan akan mengurangi peredaran uang di masyarakat.
Akibatnya, konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi nasional akan mengalami penurunan.
Padahal, kata dia, konsumsi masyarakat menyumbang lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Jika dana ini disalurkan langsung ke sektor-sektor yang bersinggungan dengan masyarakat, seperti subsidi energi, bantuan sosial, atau insentif usaha kecil dan menengah, dampaknya akan lebih terasa dalam waktu cepat,” ungkapnya.
Baca Juga: Perbankan Akan Tetap Berhati-hati di Bawah Kendali Danantara
Lebih lanjut, Achmad menuturkan, uang yang beredar akan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang langsung menggerakkan roda ekonomi.
“Sebaliknya, jika uang ini hanya dialokasikan ke investasi jangka panjang melalui Danantara, manfaatnya baru akan terasa bertahun-tahun kemudian, sementara ekonomi saat ini dibiarkan stagnan atau bahkan mengalami perlambatan,” tuturnya.
Selanjutnya: Dibayangi Kebijakan Tarif Trump , Intip Proyeksi Rupiah untuk Rabu (26/2)
Menarik Dibaca: Dukung Pengelolaan Sampah, Beiersdorf Gelar Program Peduli Diri dan Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News