Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Hadiah kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) dari Standard and Poor's (S&P) diperkirakan akan menarik masuk investasi portofolio dan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI). Namun, FDI tak langsung masuk begitu saja ke Tanah Air.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo respon FDI pasca pengumuman kenaikan peringkat Indonesia 19 Mei lalu, respons investasi masih harus menunggu waktu. Ia memperkirakan, aliran FDI baru akan terasa masuk ke dalam negeri setidaknya dalam kurun waktu 6 hingga 18 bulan (1,5 tahun) ke depan.
Sebab kata Agus, masuknya FDI ke Indonesia juga masih dipengaruhi kondisi global. Pertama, dunia usaha yang masih melihat rencana lanjutan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Tahun ini, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali. Bahkan kemungkinan bisa empat kali. Tahun depan, The Fed juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali.
"Jadi tentu mereka musti siapkan diri untuk kondisi dollar AS yang makin mahal," kata Agus saat bincang-bincang di kantornya, Senin (29/5) malam.
Kedua, dunia usaha juga masih melihat kebijakan yang diambil negeri Paman Sam tersebut. Khususnya kebijakan perdagangan dan kebijakan fiskal yang akan berdampak pada negara-negara dunia termasuk China dan Jepang.
Hal itu tentu akan berdampak pada Indonesia. "Jadi kondisi global musti diwaspadai. Walaupun Indonesia punya potensi besar, global perlu diwaspadai," tambah Agus.
Ia berharap, FDI yang masuk ke Indonesia nantinya adalah investasi-investasi yang berorientasi ekspor. Agus juga mengharapkan inveatasi yang masuk nantinya merupakan investasi di sektor-sektor yang belum ada di Indonesia, yang menyebabkan dunia usaha selama ini harus mengimpor kebutuhannya.
"Dan juga FDI yang memberikan kesempatan kerja yang luas," kata Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News