Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat inflasi tahunan Indonesia makin melandai. Pada April 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 4,33% secara tahunan alias year on year (YoY).
Ini lebih rendah dari inflasi Maret 2023 yang sebesar 4,97% YoY. Juga, lebih rendah dari inflasi sepanjang tahun 2022 yang mencapai 5,51%. Dengan demikian, bisa dibilang inflasi sudah mulai kembali ke kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% hingga 4% YoY.
Meski begitu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengingatkan tetap ada tantangan yang perlu diwaspadai terkait dengan inflasi ke depan.
"Inflasi dari sisi impor (imported inflation) perlu diwaspadai oleh Indonesia," terang Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (2/5).
Baca Juga: Inflasi Lebaran 2023 Tak Sekencang 2022, BPS: Tak Tunjukkan Penurunan Permintaan
Imported inflation erat kaitannya dengan pergerakan nilai tukar rupiah. Nah, nilai tukar rupiah ke depan masih dapat dipengaruhi ketidakpastian global. Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia juga sudah mulai menyusut. Ini sejalan dengan melemahnya harga komoditas.
Kabar baiknya, selama inflasi dalam negeri seperti inflasi pangan terjaga, maka tekanan imported inflation terhadap inflasi umum akan minim.
Lebih lanjut, Faisal memperkirakan inflasi kembali ke kisaran sasaran BI pada akhir semester I-2023. Ini lebih cepat dari perkiraan BI. Pada waktu itu, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan inflasi akan kembali ke kisaran sasaran pada Agustus 2023.
Dengan kondisi ini, Faisal memperkirakan inflasi tahun 2023 akan berada di kisaran 3,6% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News