kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menteri Bahlil: Indonesia Tidak Dalam Kondisi Krisis, Justru Sedang Pulih


Rabu, 20 Juli 2022 / 18:43 WIB
Menteri Bahlil: Indonesia Tidak Dalam Kondisi Krisis, Justru Sedang Pulih
ILUSTRASI. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan Indonesia tidak dalam kondisi krisis. Justru sekarang dalam proses pemulihan.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan Indonesia tidak dalam kondisi krisis. Ekonomi Indonesia saat ini justru dalam proses pemulihan yang semakin baik.

“Apakah Indonesia keluar dari krisis? Menurut saya Indonesia tidak krisis. Bahwa kita harus berhati-hati iya, karena itu respons kita terhadap ekonomi global akibat perang Ukraina dan Rusia,” tutur Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (20/7).

Bahlil memang menyadari situasi global saat ini dalam keadaan buruk. Banyak negara terancam mengalami krisis ekonomi imbas dari pandemii Covid-19, ditambah adanya geopolitik Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan kenaikan harga pangan dan juga inflasi tinggi.

Baca Juga: Bahlil: Investasi Asing yang Masuk hingga Kuartal II Capai Rp 163,2 Triliun

Menurutnya, tidak bisa dipungkiri Indonesia pun secara tidak langsung terkena imbas dari kenaikan harga pangan dan juga energi tersebut karena kebutuhan dalam negeri masih bergantung pada impor.  

Meski begitu, Bahlil bilang,  agar tidak bergantung pada ekonomi global, utamanya impor, pemerintah tengah gencar mendongkrak pasar dalam negeri, dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) lokal yang ada.

Namun, Bahlil tak menampik menghadapi permasalahan energi bukanlah hal yang mudah. Bahkan, Indonesia harus siap jika dihadapkan dengan kondisi yang buruk akibat harga energi yang terus meningkat.

“Problem kita di minyak, makanya kita harus mengubah fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Misalnya kita lagi mendorong program motor listrik, kita mengurangi BBM, kemudian gas LPG kita dorong menggunakan kompor listrik,” imbuhnya.

Baca Juga: Investor Asing Paling Besar dari Singapura, Bahlil Curiga Sembernya Banyak dari WNI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×