kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Menperin: Pemerintah akan fokus pada industri prioritas untuk dorong industrialisasi


Senin, 15 April 2019 / 19:00 WIB
Menperin: Pemerintah akan fokus pada industri prioritas untuk dorong industrialisasi


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis perkembangan sektor industri di dalam negeri akan terus berlanjut dan semakin maju. Terutama, pemerintah telah merintis Revolusi Industri 4.0 dengan sektor-sektor prioritas untuk mendorong kinerja industri manufaktur dan pertumbuhan ekonomi ke depan.

Saat ini, porsi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekitar 20%. "Ini termasuk yang terbesar di antara negara-negara lain, bahkan sama dengan Jerman. Sekarang standar baru kontribusi manufaktur terhadap PDB itu di 16,5%. Tidak ada negara yang manufakturnya sampai 30% terhadap PDB kalau tidak termasuk jasa terkait industri (services)," kata Airlangga saat ditemui dalam acara Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Senin (15/4).

Airlangga mengakui, selama ini ada sektor manufaktur yang menggerus kontribusi industri secara keseluruhan terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu industri petrokimia berbasis minyak dan gas. Sektor tersebut pula yang selama ini menarik ke bawah pertumbuhan secara keseluruhan serta neraca perdagangan.

Untuk mengatasi itu, ia mengatakan, pemerintah telah melakukan upaya seperti menetapkan kebijakan penggunaan B20 untuk mengurangi impor minyak mentah. Selanjutnya, upaya ini akan terus dikembangkan dengan mendorong penggunaan hingga B100.

Sementara, industri manufaktur nonmigas selama ini masih mencatat kontribusi yang positif. Industri yang tercatat memiliki tingkat pertumbuhan cukup tinggi, antara lain industri mesin dan perlengkapan, makanan dan minuman, kulit dan alas kaki, tekstil dan produk tekstil, dan industri logam dasar.

Sektor-sektor industri tersebut jugalah yang menurut Airlangga telah masuk dalam peta jalan pemerintah untuk mentransformasi perekonomian di era industri 4.0 mendatang. Oleh karena itu, Kemperin akan fokus mengembangkan sektor tersebut untuk mengakselerasi kontribusi industri terhadap pertumbuhan sekaligus mengimplementasikan revolusi indsutri 4.0.

"Revolusi industri 4.0 adalah alat sekaligus kesempatan transformasi kebijakan industri yang diharapkan mengembalikan laju pertumbuhan industri ke 10% per tahun, meningkatkan PDB 1-2%, dan menciptakan lapangan kerja baru," ucapnya.

Sepanjang tahun lalu, industri mesin dan perlengkapan tumbuh 9,49%. Industri kulit dan alas kaki tumbuh 9,42%, dan industri logam dasar tumbuh 8,99%. Sementara, industri tekstil dan produknya tumbuh 8,73%, serta industri makanan dan minuman tubuh 7,91%.

"Tekstil dan alas kaki ini kita sudah naik kelas ke level high-end dan menjadi salah satu pemain terbesar dunia. Demikian pula sektor logam dasar, kita tidak hanya punya industri baja berbasis karbon tapi juga punya stainless steel," kata Airlangga.

Ia mencontohkan, di Morowali, Indonesia memiliki potensi 5 juta ton stainless steel dengan nilai investasi US$ 5 miliar dan potensi ekspor sebesar US$ 5 miliar dalam waktu lima tahun ke depan.

Begitu juga dengan industri otomotif, yang menjadi salah satu prioritas pemerintah. Airlangga mengatakan, fasilitas perjanjian dagang seperti CEPA dengan Australia dan Eropa (EFTA) akan mendorong industri otomotif masuk dalam pasar terbuka.

Perkiraan Kemenperin, akan ada investasi sebesar US$ 700 juta - US$ 800 juta yang masuk dari perusahaan multinasional yang hendak menjadikan industri otomotif Indonesia sebagai basis untuk ekspor.

"Kebijakan pemerintah sudah pada track yang benar. Kita dorong industri dengan kebijakan substitusi impor dan investasi, orientasi ekspor, plus menciptakan lapangan kerja," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×