Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. JAKARTA. Pemerintah mengungkap rencana investasi jumbo dari perusahaan migas global untuk pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) dan hilirisasi energi bersih di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, nilai proyek tersebut diperkirakan mencapai US$ 10 miliar sampai US$15 miliar di Indonesia.
"Beberapa program sudah dipersiapkan oleh beberapa investor di oil and gas antara lain Exxon Mobil dan BP di Tangguh. Sehingga dengan investasi yang besarnya masing-masing sekitar US$ 10 miliar sampai US$ 15 miliar ini maka tentunya batubara bisa ditarik karbonnya terutama dengan teknologi tinggi," kata Airlangga dalam Mining Forum, Kamis (31/7/2025).
Menurut Airlangga, masuknya investor global akan memperkuat program hilirisasi batubara dan pengembangan teknologi energi rendah karbon, seperti carbon capture and storage (CCS), pembakaran amonia, hingga pemanfaatan hidrogen.
Baca Juga: Airlangga: Hilirisasi Berpotensi Dongkrak Ekspor RI hingga US$ 850 Miliar pada 2040
Airlangga menambahkan, investasi di sektor energi ini akan menjadi bagian penting dari strategi nasional untuk meningkatkan ekspor dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memproyeksikan hilirisasi bisa mendongkrak nilai ekspor Indonesia hingga US$ 850 miliar pada 2040 dan menambah produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 236 miliar.
“Proyek-proyek hilirisasi sektor Minerba diperkirakan membutuhkan investasi sekitar US$ 20 miliar. Ini beberapa program sudah dipersiapkan oleh beberapa investor global di oil dan gas,” kata Airlangga.
Ia menekankan Indonesia tidak boleh tertinggal dari negara lain dalam penguasaan teknologi bersih. Negara seperti Jepang dan Australia sudah lebih dulu mengembangkan teknologi carbon capture dan energi berbasis hidrogen.
Airlangga menyebut inovasi dan transfer teknologi menjadi krusial yang harus segera dipersiapkan agar investasi tidak hanya masuk, tapi juga memberikan dampak luas untuk industri dalam negeri.
Asal tahu saja, total potensi investasi ExxonMobil yang diperkirakan mencapai US$ 10–15 miliar tersebut, mencakup fasilitas carbon capture and storage (CCS) di Cekungan Sunda-Asri serta rencana pembangunan kompleks petrokimia.
Di sisi lain, British Petroleum (BP) bersama mitranya telah menyetujui proyek carbon capture, utilization, and storage (CCUS) senilai US$ 7 miliar di Tangguh, Papua Barat.
Dengan masuknya investasi dari perusahaan global tersebut, pemerintah berharap akan tercipta efek berganda (multiplier effect) bagi ekonomi lokal, termasuk penciptaan lapangan kerja, penguatan industri hilir, serta peningkatan kapasitas teknologi energi bersih nasional.
Baca Juga: SKK Migas Sebut Shell dan ExxonMobil Masih Kaji Investasi Hulu Migas di Indonesia
Selanjutnya: Kementerian PKP Gandeng BPS sampai Kemendagri Untuk Eksekusi 3 Juta Rumah
Menarik Dibaca: Yuk Jalan-jalan, Ini Jadwal KRL Jogja Solo pada Jumat 1 Agustus 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News