kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menkeu: Ekonomi tumbuh 5%, defisit tak besar


Senin, 11 September 2017 / 19:53 WIB
Menkeu: Ekonomi tumbuh 5%, defisit tak besar


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Pemerintah optimistis defisit anggaran tahun depan bisa dijaga di level yang rendah. Bahkan, defisit anggaran tahun depan ditargetkan sebesar Rp 325,9 triliun atau 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari target defisit dalam APBN-P 2017 yang sebesar Rp 397,2 triliun atau sebesar 2,92% dari PDB.

Anggota Komisi XI Fraksi Partai Golkar M Sarmuji mempertanyakan target defisit anggaran tahun depan. Menurutnya, penurunan defisit anggaran tahun depan menunjukkan pemerintah ingin mengerem utang. Namun di sisi lain, ekonomi tengah memerlukan pembiayaan.

Sebab, "Menjaga momentum pertumbuhan memang lagi memerlukan pembiayaan," kata Sarmuji saat rapat kerja antara pemerintah dengan Komisi XI DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/9).

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa defisit anggaran tahun depan ditetapkan dengan mempertimbangkan dua hal. Pertama, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Menurutnya, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang masih mencapai lebih dari 5%, tidak diperlukan lagi defisit yang besar. Sebab, defisit yang besar diperlukan jika ekonomi suatu negara mengalami kontraksi atau resesi.

"Seperti di Brasil atau negara penghasil minyak seperti Nigeria yang mengalami kontraksi. Dalam situasi itulah mereka membuat desain APBN ekspansi sehingga defisitnya besar yang mengungkit ekonomi tumbuh," kata Sri Mulyani.

Sementara dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, yaitu sektor keuangan terpuruk sehingga melakukan konsolidasi, maka instrumen fiskal dibutuhkan dengan tetap terukur. Dengan demikian, APBN harus tetap menjaga pertumbuhan tetapi bukan satu-satunya instrumen utama.

Oleh karena itu, "Dibanding 20 tahun lalu defisit anggaran di bawah 2%, tahun ini defisit di atas 2% itu cukup ekspansif," tambahnya.

Kedua, untuk menjaga kepercayaan pasar. Menurut Sri Mulyani, angka defisit tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah dibanding negara lain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×