kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Menkeu berkilah tak hanya rupiah yang melemah


Senin, 29 September 2014 / 20:17 WIB
Menkeu berkilah tak hanya rupiah yang melemah
ILUSTRASI. Cara menyematkan pesan di obrolan grup Telegram.


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Nilai tukar rupiah beberapa hari ke belakang menukik hingga menembus kisaran level Rp 12.100 per dollar AS. Banyak pihak memandang pelemahan rupiah tersebut turut disebabkan pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Akan tetapi, Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri menekankan pelemahan rupiah tidak disebabkan pengesahan RUU Pilkada tersebut. Pelemahan nilai tukar, menurut dia, tidak hanya terjadi pada rupiah, namun juga pada mata uang negara-negara yang juga tergabung dalam Fragile Five, seperti India, Brasil, Afrika Selatan, dan Turki.

"Banyak pertanyaan kepada saya IHSG dan rupiah terkait soal (RUU) Pilkada. Brasil, Turki, India, dan Afrika Selatan juga melemah. Saya mau bilang, praktis dalam 1 bulan terakhir pelemahan nilai tukar hampir terjadi di semua major currencies," kata Chatib dalam konferensi pers RAPBN 2015 di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Senin (29/9).

Chatib mengungkapkan, pelemahan pada nilai tukar terjadi lantaran bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan mempercepat kenaikan tingkat suku bunganya atau Fed Fund Rate. Gubernur The Fed Janet Yellen dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) menyatakan bisa saja kenaikan Fed Fund Rate dipercepat seiring membaiknya perekonomian AS.

"Ini kenapa pelemahan nilai tukar dan turbulensi terjadi. Yang terjadi di Indonesia, India, Turki, Brasil, dan Afrika Selatan trennya sama. Ini bukan soal RUU Pilkada atau RAPBN," ungkap Chatib.

Chatib mengungkapkan, gejolak pada nilai tukar sudah mulai terjadi dalam sebulan terakhir berkaitan dengan pertemuan FOMC The Fed. Kondisi ini, ujarnya, adalah kerangka berpikir yang penting dalam menyusun RAPBN 2015.

"Kami di Kementerian Keuangan sudah memperkirakan tahun 2015 merupakan tahun yang berat karena The Fed mulai menaikkan tingkat bunga dan kemungkinan lebih tinggi dari yang diperkirakan," sebut Chatib. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×