kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar Dampak Omicron Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2022


Minggu, 06 Februari 2022 / 15:13 WIB
Menakar Dampak Omicron Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2022
ILUSTRASI. Pasien COVID-19 tiba untuk menjalani isolasi di Hotel Singgah COVID-19, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (31/1/2022). Menakar Dampak Omicron Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2022.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan, melonjaknya kasus varian omicron di Indonesia perlu untuk diwaspadai karena dapat berdampak pada keyakinan konsumen untuk berbelanja di luar rumah, menurunkan tingkat pendapatan di sektor retail dan dapat membuat sektor pariwisata kembali terpukul dan lebih lama pulih.

“Kalau skenarionya sampai mengarah kepada PPKM ketat lagi, aktivitas ekonomi yang sebenarnya sedang tahap recovery bisa menurun kembali,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (6/2).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2022 pada worst case scenario dapat tumbuh 2% hingga 2,5% year on year (yoy). Untuk dapat memenuhi pertumbuhan total sebesar 5% di tahun 2022 merupakan hal yang sedikit berat.

Baca Juga: Naik 15%, Kredit UMKM Bank Mandiri Tembus Rp 103,5 Triliun di Sepanjang 2021

Hal ini ditambah lagi karena pada Kuartal I masyarakat dihadapkan pada inflasi yang lebih tinggi dari naiknya harga beberapa kebutuhan pokok seperti minyak goreng, cabai, telur ayam ras, ayam potong dan tomat yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan serta tidak adanya perayaan hari besar meski kinerja ekspor diprediksi masih positif.

“Di sisi yang lain Januari-Maret itu low-season karena tidak ada event besar seperti Ramadhan dan Tahun Baru sehingga pola pengeluaran juga terbatas. Kinerja ekspor untungnya masih dibantu dengan booming harga komoditas yang berlanjut. Tapi perlu dicermati juga dampak kebijakan pengetatan DMO komoditas terhadap permintaan ekspor,” ungkapnya.

Bhima menambahkan, varian Omicron juga membuat biaya shipping atau logistik ekspor mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini dikarenakan beberapa negara tujuan utama mengalami pengurangan tenaga kerja dan pengurangan jam kerja selama pembatasan sosial.

Baca Juga: Penjualan Diproyeksi Naik, Simak Rekomendasi Saham Emiten Semen

Solusi untuk menjaga pertumbuhan di kuartal I adalah dengan daya dorong dari sisi belanja pemerintah yang harus dipacu, khususnya percepatan realisasi anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di awal tahun.

“Belanja kesehatan juga harus dipastikan terdistribusikan dengan baik, sehingga punya efek pengganda yakni antisipasi penyebaran Omicron sekaligus memacu pertumbuhan industri kesehatan dalam negeri,” sambung Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×