kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

LPEM FEB UI: Monetisasi utang BI tak bisa ungkit inflasi di kondisi ekonomi saat ini


Selasa, 04 Agustus 2020 / 19:57 WIB
LPEM FEB UI: Monetisasi utang BI tak bisa ungkit inflasi di kondisi ekonomi saat ini
ILUSTRASI. Gedung kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Skema pembagian beban (burden sharing) pembiayaan utang untuk pemulihan ekonomi nasional yang telah disepakati pemerintah lewat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bank Indonesia (BI) ternyata bisa memunculkan risiko.

Salah satunya, naiknya tingkat inflasi nasional.

Akan tetapi, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memandang kalau risiko tersebut masih belum ada di tengah kondisi perekonomian yang sedang lemah akibat Covid-19.

Baca Juga: Tren suku bunga turun, prospek reksadana pendapatan tetap makin cerah

"Monetisasi utang tidak mampu meningkatkan permintaan domestik karena tingkat konsumsi saat ini masih lemah akibat masih adanya pembatasan aktivitas dan masyarkaat yang memilih menyimpan untuk berjaga-jaga," ujar ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam asesmen yang diterima Kontan.co.id, Selasa (4/8).

Asumsi tersebut berdasar dari pola konsumsi yang tidak berbaik. Masyarakat cenderung mengambil tindakan pencegahan dengan menabung alih-alih konsumsi dan ini tercermin dari penurunan signifikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada kuartal II-2020.

Selain itu, ini juga terlihat dari tren inflasi yang rendah dan bahkan masih ada ancaman deflasi di beberapa bulan mendatang.

Riefky pun melihat, kalau dengan tren inflasi yang relatif landai terkendali, bank sentral perlu untuk melakukan kebijakan moneter yang tidak konvensional ini. Langkah ini mungkin diperlukan untuk mengimbangi kondisi inflasi yang rendah saat ini.

Baca Juga: Pemerintah menyerap Rp 11 triliun pada lelang sukuk negara, Selasa (4/8)

"Dengan lakukan kebijakan moneter ini, maka jumlah uang beredar bertambah dan bisa mengungkit inflasi. Tak hanya itu, ini bisa mencegah perlambatan ekonomi lebih lanjut di kuartal III-2020," tambah Riefky.

Lebih lanjut, bila langkah monetisasi utang dilakukan oleh BI dan inflasi meningkat setelah permintaan pulih, inflasi pun diperkirakan masih akan terjaga di ambang batas atas kisaran target inflasi BI yang sebesar 2% - 4% di tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×