kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Laju konsumsi jadi yang tertinggi


Selasa, 07 Agustus 2018 / 10:57 WIB
Laju konsumsi jadi yang tertinggi


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal kedua 2018. Pada periode itu, konsumsi rumah tangga berhasil tumbuh tinggi sehingga membawa ekonomi dalam negeri tumbuh 5,27% year on year (YoY).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga kuartal II-2018 tumbuh 5,14% YoY. Angka itu menjadi capaian tertinggi konsumsi rumah tangga sejak kuartal keempat tahun 2014 lalu.

Ini berarti, laju konsumsi rumah tangga berhasil bangkit kembali setelah menunjukkan tren perlambatan sejak tahun 2014. Hal itu, sejalan dengan jatuhnya harga minyak mentah dunia yang kemudian berimbas pada sejumlah harga komoditas.

Meski melambat, saat itu konsumsi rumah tangga masih bisa mencatatkan pertumbuhan di atas 5% YoY. Namun setelahnya, sejak 2015 hingga kuartal I-2018, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tak mampu bergerak menembus angka 5% lagi.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, ada tiga fenomena yang menyebabkan tingginya pertumbuhan konsumsi di kuartal kedua tahun ini. Pertama, penjualan eceran tumbuh 6,42%, menguat dari kuartal II-2017 yang hanya sebesar 4,98%.

Kedua, penjualan wholesale sepeda motor dan mobil penumpang masing-masing tumbuh 18,96% dan 3,25%, setelah pada kuartal sebelumnya terkontraksi 10,93% dan 11,22%. Ketiga, bantuan sosial tunai dari pemerintah tumbuh 61,69%, jauh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 18,57%.

"Banyak faktor pendukungnya. Karena ini menumpuk semua di kuartal kedua, mulai dari musim panen yang bergeser, Tunjangan Hari Raya (THR), sampai adanya Pilkada," katanya, Senin (6/8).

Secara terperinci berdasarkan sektor industri, tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga periode April-Juni tahun ini, didorong oleh sektor restoran dan hotel yang tumbuh sebesar 5,71%. Selain itu, sektor makanan dan minuman di luar sektor restoran tercatat tumbuh 5,38% serta transportasi dan komunikasi yang tumbuh 5,32%.

Ketiga sektor industri tersebut, tumbuh lebih tinggi baik dibanding kuartal sebelumnya, maupun dibanding kuartal yang sama tahun 2017.

Tak berlanjut

Meski demikian, konsumsi rumah tangga di sisa tahun 2018, diperkirakan Suhariyanto, tidak akan setinggi kuartal II-2018. Sebab, tak ada lagi momentum pendorongnya, sekalipun ada libur Natal dan tahun baru yang jatuh di kuartal keempat nanti.

Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara juga khawatir, tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut tak akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Sebab, puncak konsumsi rumah tangga ada di kuartal kedua. Ditambah lagi pada periode itu terdapat pencairan THR untuk PNS dengan jumlah yang lebih tinggi hingga pemberian bansos oleh pemerintah.

Menurut proyeksi Bhima, konsumsi rumah tangga di kuartal ketiga dan keempat tahun ini masih bisa tumbuh 5% YoY karena adanya stimulus Asian Games dan IMF-World Bank Annual Meeting. "Hanya, tidak setinggi kuartal kedua. Maksimal mentok 5% di kuartal ketiga dan keempat," katanya.

Selain faktor musiman, Bhima melihat inflasi mulai begerak naik hingga akhir tahun. Hal itu sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga minyak mentah dunia. Inflasi akan menggerus daya beli, terutama masyarakat kelas menengah.

Proyeksinya, rata-rata kurs rupiah tahun ini akan ada di level Rp 14.500–Rp 14.700 per dollar Amerika Serikat (AS) dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) di level US$ 70–US$ 75 per barel. Sehingga, inflasi akhir tahun diperkirakan Bhima akan mencapai 3,55%–3,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×