Reporter: Herlina KD | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Realisasi investasi yang cukup besar pada kuartal II 2012 sepertinya tak menjamin pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik ketimbang. Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II tak akan lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya.
David Sumual, ekonom BCA mengatakan, meski realisasi investasi cukup besar, bukan berarti mampu meningkatkan perdagangan internasional. Beruntung, daya beli masyarakat masih cukup tinggi. "Kebijakan pemerintah menunda kenaikan harga BBM cukup ampuh menjaga daya beli masyarakat tetap kuat," katanya Senin (30/7).
Akan tetapi, perlambatan kinerja perdagangan lamban laun bisa memukul ekonomi Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan berlakunya kebijakan bea keluar (BK) ekspor tambang yang berpotensi menurunkan volume ekspor komoditas.
Melemahnya kinerja perdagangan internasional diperkirakan masih berlanjut hingga beberapa bulan ke depan. Alhasil, David memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini lebih rendah atau sama ketimbang kuartal I tahun ini. "Kuartal II akan ada di kisaran 6,2% - 6,3%," ungkapnya.
Catatan saja, berdasarkan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada kuartal II 2012, realisasi investasi proyek penanaman modal sebesar Rp 76,9 triliun. Angka ini naik 24% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Jika diperinci, investasi kuartal II terdiri dari investasi PMDN sebesar Rp 20,8 triliun dan PMA Rp 56,1 triliun.
Direktur Eksekutif INDEF Ahmad Erani Yustika menambahkan, meski investasi tumbuh pesat di kuartal II, tetapi kontribusinya tidak terlalu signifikan dalam menopang pertumbuhan. Alasannya, "Penurunan ekspor karena faktor perlambatan ekonomi global terlalu besar," ujarnya.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini bakal lebih rendah ketimbang kuartal I 2012 yang sebesar 6,3%. Hanya saja, Erani masih yakin pertumbuhan ekonomi kuartal II masih bisa di atas 6%.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution bilang Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini dan secara keseluruhan tahun 2012 akan ada di kisaran 6,3% - 6,7%. "Ada risiko bias ke batas bawah kisaran," ungkap Darmin beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News