kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Konversi ke BBG molor, subsidi BBM bisa bengkak


Rabu, 13 Maret 2013 / 18:57 WIB
Konversi ke BBG molor, subsidi BBM bisa bengkak
ILUSTRASI. Tanpa disadari ternyata barang-barang yang ada disekitar bisa menjadi penyebab yang memicu timbulnya jerawat


Reporter: Herlina KD | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) tahun ini sepertinya belum bakal berjalan optimal. Pasalnya, infrastruktur stasiun pengisian BBG diperkirakan baru selesai di akhir tahun ini. Alhasil, beban subsidi energi pemerintah diperkirakan bakal kembali membengkak akibat konsumsi BBM bersubsidi yang meningkat.

Pengamat Energi Pri Agung Rahmanto menuturkan, sebenarnya dampak dari konversi BBM ke BBG tidak akan bisa dirasakan hasilnya dalam jangka pendek. Menurutnya, konversi BBM ke BBG baru bisa dirasakan hasilnya setelah dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang.

Namun, Pri Agung bilang jika pengendalian subsidi BBM tahun ini tak berhasil, otomatis konsumsi BBM bersubsidi bakal melampaui kuotanya. "Kalau kuota jebol, seperti biasa subsidi bakal membengkak," ungkapnya Rabu (13/3).

Ia menggambarkan, pada tahun 2012 saja realisasi konsumsi BBM bersubsidi mencapai 45,02 juta kilo liter. Nah, jika konsumsi BBM bersubsidi tahun ini meningkat sekitar 10% saja, Pri Agung bilang konsumsi BBM bersubsidi tahun ini bisa mencapai 50 juta kilo liter.

Bahkan, sebelumnya Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menjelaskan Dengan memperhitungkan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, Bambang memperkirakan ada potensi konsumsi BBM bersubsidi tahun ini bakal melonjak menjadi sekitar 50 juta kilo liter - 51 juta kilo liter.

Nah, "Kalau disparitas harga makin tinggi, ada potensi migrasi juga dari (konsumen) pertamax ke premium. Jadi bisa saja (konsumsi BBM bersubsidi) itu nanti menyentuh 52 juta kilo liter - 53 juta kilo liter," jelas Bambang akhir pekan lalu.

Dalam hitungan Bambang, setiap tambahan konsumsi BBM bersubsidi sebesar 1 juta kilo liter akan menambah beban anggaran subsidi energi pemerintah sekitar Rp 4 triliun - Rp 5 triliun. Artinya, jika konsumsi BBM bersubsidi jebol hingga 7 juta kilo liter, artinya beban anggaran tambahan yang harus ditanggung pemerintah sekitar Rp 28 triliun - Rp 35 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×