kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kontribusi Indonesia ke ekonomi global belum besar


Senin, 09 Juni 2014 / 11:14 WIB
Kontribusi Indonesia ke ekonomi global belum besar
Ada drakor romantis Crash Course in Romance, ini sinopsis dan jadwal tayang sederet drakor terbaru bulan Januari tahun 2023 di Netflix.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai, Indonesia bukanlah negara yang memiliki kontribusi besar dari sisi ekonomi terhadap perkembangan ekonomi dunia. Karena itu, gejolak ekonomi global akan mempengaruhi ekonomi domestik.

Menurut Mirza gejolak ekonomi eksternal pasti memengaruhi ekonomi domestik, meski Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang baik. "Makro ekonomi yang tidak sehat tentu akan ada guncangan di sektor bank, non bank dan juga pasar keuangan di Indonesia," kata Mirza saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test, di Komisi XI, Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/6).

Unsur eksternal seperti krisis keuangan yang terjadi di zona negara-negara Eropa bisa menggoyahkan ekonomi Indonesia. Hal ini juga terlihat ketika bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve menyatakan untuk mengurangi stimulus fiskal alias tapering off.

"Meski makro ekonomi Indonesia sehat, tetapi jika ada masalah di luar negeri, maka akan terpengaruh. Ini terjadi karena Indonesia merupakan bagian dari keuangan global," jelasnya.

Atas dasar itu, menurut Mirza, Indonesia membutuhkan regulator yang mumpuni, baik dari sisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun dari sisi Bank Indonesia (BI). Regulator yang baik akan menciptakan ketahanan pasar keuangan yang kuat, baik di sektor perbankan ataupun sektor non bank.

"Indonesia butuh lembaga keuangan yang sehat, yang diharapkan dapat tercapai dengan regulator yang baik dan prudent, tentu dari OJK ataupun BI ataupun dari regulator lain," ujar Mirza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×