Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Fundamental neraca perdagangan Indonesia masih belum stabil. Bulan April lalu defisit US$ 1,96 miliar, kemudian membaik dengan surplus US$ 69,9 juta pada bulan Mei, dan diperkirakan akan kembali defisit pada bulan Juni.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan neraca dagang pada bulan Juni akan kembali defisit. Defisit yang terjadi mencapai sekitar US$ 300 juta.
Kondisi menjelang Lebaran serta liburan tahun ajaran baru menjadi penyebab impor membengkak terutama impor bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan dari sisi ekspornya sendiri belum terdapat kenaikan yang berarti lantaran ekspor mineral mentah olahan belum juga terjadi.
Di sisi lain, permintaan dari komoditas ekspor pun menurun. Salah satunya berasal dari China. Agus menjelaskan, Negeri Tirai Bambu tersebut ekonominya tumbuh 7,7% pada tahun 2013.
Saat ini ekonomi China terkoreksi menjadi 7,4% dan mereka mempunyai kebijakan untuk rebalancing. Ini tentu mempengaruhi kinerja ekspor tanah air di mana China sebagai mitra dagang nomor satu bagi Indonesia.
"Pertumbuhan dari surplus neraca dagang non migas yang sudah menguat tidak diimbangi dengan penurunan defisit migas yang berarti sehingga kondisi neraca dagang masih defisit," ujar Agus, Senin (14/7).
Mantan Menteri Keuangan itu melanjutkan, untuk ekspor sendiri terutama komoditi non migas masih mencatatkan angka yang baik seperti tekstil, barang otomotif serta bahan kimia. Maka dari itu, surplus neraca non migas masih akan berlanjut.
Asal tahu saja, neraca non migas pada bulan Mei mencatatkan surplus US$ 1,4 miliar. Ekspordar non migas yang surplus inilah yang kemudian bisa menutupi defisit pada neraca migas.
Neraca migas pada bulan Mei mencatat defisit sebesar US$ 1,33 miliar. Defisit ini melebar dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,06 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News