Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelambatan ekonomi China tidak hanya berefek pada penurunan nilai perdagangan Indonesia, namun juga investasi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, komitmen investasi negeri Tirai Bambu selama dua bulan pertama tahun ini anjlok 53% dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi US$ 3,2 miliar.
Bahkan selama Februari 2016 saja, komitmen investasi China ke Indonesia anjlok 94% dibandingkan Februari 2015 menjadi US$ 395 juta. Di bulan Februari juga, penurunan komitmen investasi juga terjadi dari investor Singapura sebesar 29% jadi US$ 302 juta.
Menurut Deputi BKPM yang terlibat membantu investor China, Tamba Hutapea, komitmen investasi China ke Indonesia turun karena beberapa alasan. Pertama, investasi yang masuk dari China ke Indonesia tidak langsung ke Indonesia, namun melewati Singapura atau Hong Kong.
"Sehingga begitu masuk bukan disebut investasi China," kilah Tamba, Rabu (16/3). Alasan kedua, penurunan komitmen investasi China hanya bersifat musiman. Jika berkaca pada realisasi investasi tahun 2015, investasi asal China tetap naik.
Data BKPM menunjukkan, pada 2015 realisasi investasi dari China tumbuh melampaui rata-rata realisasi selama 5 tahun terakhir. Jika dalam 2010-2014 investasi yang dicatatkan dari China mencapai US$ 495 juta. Pada tahun 2015 meningkat 26% menjadi US$ 628 juta.
China loyo, AS melaju
Kepala BKPM Franky Sibarani bilang, sejumlah kebijakan pemerintah sebenarnya telah direspon investor asing. Ini terlihat dari total komitmen investasi secara umum pada Januari-Februari 2016 yang naik hingga 163% dibanding periode sama 2015 jadi Rp 561 triliun.
Sedang pada Februari 2016 komitmen investasi mencapai total Rp 355 triliun, naik 167% dari Februari 2015. "Ini tanda paket kebijakan mulai direspon investor," ujar Franky. Nilai itu berasal dari izin prinsip Penyertaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang naik 66% menjadi Rp 75 triliun.
Sementara izin prinsip Penanaman Modal Asing (PMA) naik 218% menjadi Rp 281 triliun. Menurut Franky, kebijakan yang cukup mendapatkan respon positif adalah layanan izin investasi tiga jam.
Pada Februari 2016, tujuh perusahaan dengan nilai investasi sebesar Rp 9,1 triliun telah menggunakan layanan ini. Dia yakin dengan capaian ini, target investasi 2015-2016 sebesar Rp 3.500 triliun, bisa tercapai.
Salah satu negara yang tertarik meningkatkan investasi adalah Amerika Serikat (AS). Deputi Marketing Officer BKPM untuk AS, Azhar Lubis bilang, pemerintah sejauh ini bisa meyakinkan investor AS. "Banyak investasi menyasar sektor baru," katanya.
Sektor yang disasar adalah industri kreatif, seiring revisi Daftar Negatif Investasi (DNI). Selain itu juga industri coklat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News