Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meluncurkan tiga peta yakni peta batas Daerah Aliran Sungai (DAS), Peta Rawan Erosi dan Peta Lahan Kritis.
Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Ida Bagus Putera Prathama mengatakan, ketiga peta ini menyajikan data yang jauh lebih akurat dibandingkan peta sebelumnya.
“Peta terbaru ini lebih akurat dibandingkan sebelumnya karena dibuat dengan skala 1:50.000. Sebelumnya, skalanya masih 1:250.000,” ujar Putera, Kamis (5/7).
Ketiga peta ini pun akan digunakan sebagai data spasial pendukung dalam upaya penanggulangan degradasi lahan, sehingga target keseimbangan antara degradasi dan rehabilitasi pada tahun 2030 dapat tercapai.
“Dengan peta yang lebih akurat ini, perencanaan dana pengelolaan akan akurat, tentunya ini efektif untuk penanggulangan degradasi lahan lebih efektif,” tutur Putera.
Putera pun menyampaikan, isu degradasi lahan banyak melanda negara berkembang dimana sering terhadu ketidakakuratan dalam penentuan threshold keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pengelolaan lingkungan.
Meski Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki sumber daya alan yang kaya, tetapi proses geomorfik Indonesia cenderung intensif.
“Negara kita sebenarnya merupakan sistem ekologis yang rentan. Sedikit saja tata kelila, proses degradasi dipercepat akan terjadi dan cenderung meluas,” jelas Putera.
Indonesia pun termasuk negara dengan laju sedimentasi tertinggi di dunia atau lebih dari 250 ton per km2 per tahun. Ini bisa berdampak pada penurunan produktivitas lahan dan terjadu peningkatan frekuensi bencana hidrometerirologis.
Kerugian yang dialami Indonesia sangat tinggi. Mulai dari kerugian ekonomi dan defisit air di beberapa daerah. Padahal, secara total, Indonesia mengalami surplus air. Karena itu, Indonesia pun turut serta berpartisipasi dalam menanggulangi degradasi lahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News