Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat rapat bersama KLHK menyampaikan bahwa kondisi cuaca dan iklim harus menjadi pertimbangan untuk melakukan operasional TMC. Begitu pula dengan faktor kelembapan udara.
''Pada bulan Juni Dasarian III dan Juli Dasarian I untuk wilayah Riau, Jambi dan Sumsel hampir tidak mempunyai peluang mendapatkan curah hujan. Karena itu rekomendasi kami pada bulan Juli sangat kecil peluang TMC dilakukan, sehingga pencegahan Karhutla diprioritaskan dengan non TMC,'' jelas Dwikorita.
Baca Juga: Hujan bulan Juni bisa turun hari ini di 18 provinsi, berikut daerahnya
Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan bahwa selama pelaksanaan rekayasa hari hujan melalui TMC selama periode Maret-Mei, dapat mempertahankan tidak ada hotspot atau titik api. Serta dapat meningkatkan Tinggi Muka Air (TMA) pada lahan gambut.
''TMC mampu menghasilkan air dalam jumlah yang sangat banyak sampai jutaan m3 per hari jika dilakukan pada saat yang tepat. Operasi ini sangat tergantung dari ketersediaan awan dan memperhatikan level air gambut,'' kata Hammam.
Sebagai informasi, Perbandingan total jumlah hotspot tahun 2019 dan 2020 per tanggal 1 Januari–9 Juni, berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan Level kepercayaan =80% sebanyak 837 titik, pada periode yang sama tahun 2019 jumlah hotspot sebanyak 1.381 titik. Artinya terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 544 titik/39,39 %.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News