kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

KEN: Baiknya harga elpiji 12 kg naik


Senin, 06 Januari 2014 / 12:29 WIB
KEN: Baiknya harga elpiji 12 kg naik
ILUSTRASI.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pro-kontra kenaikan harga elpiji non-subsidi 12 kilogram (kg) terus berlanjut. Komite Ekonomi Nasional (KEN) menyarankan, agar kenaikan harga gas tabung biru ini diimplementasikan. Aviliani, Ekonom KEN menilai, kenaikan harga elpiji non-subsidi dapat menjaga kesehatan ekonomi nasional.

Menurut dia, kenaikan harga merupakan aspek komersial. Justru, jika rencana kenaikan gas tidak direalisasikan, maka akan membebani Pertamina. Selain itu, apabila pemerintah juga ingin membatalkan kenaikan gas elpiji non-subsidi dan menambal selisih harga dengan mekanisme subsidi, maka akan membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2014.

"Yang mengalami kenaikan harga adalah elpiji non-subsidi 12 kg, tidak jadi masalah, itu komersial. Pertamina tidak salah. Justru jika tidak naik dan menambalnya dengan subsidi, akan mengganggu kesehatan fiskal," kata Aviliani di Jakarta, Senin (6/1).

Selain itu, kata Aviliani, jika penambalan disparitas harga jual elpiji non-subsidi 12 kg dibebankan kepada APBN, juga akan mempengaruhi peringkat ekonomi nasional. Apalagi, di sisi lain, Indonesia masih berkutat dengan masalah nilai tukar dan defisit neraca transaksi berjalan.

Aviliani mengakui, kebijakan naiknya harga gas elpiji non-subsidi 12 kg akan memicu pergeseran permintaan ke kelas dibawahnya yakni elpiji subsidi 3 kg. Harga gas melon tersebut masih stabil karena disubsidi.

"Pemerintah harus memiliki roadmap, mana yang disubsidi, mana yang tidak. Kemudian jika pada akhirnya permintaan elpiji subsidi 3 kg akan naik, maka harus pakai radio frequency identification (RFID) karena hars ada pembatasan agar subsidi tidak melonjak,” saran Aviliani.

Aviliani optimistis, kenaikan harga gas LPG tidak akan terlalu mendorong inflasi lantaran volume pemakaianya masih terbatas. "Masyarakat mungkin memprotes hal ini, contohnya UKM (usaha kecil dan menengah), karena unit usaha selalu menghitungkan komersial, tapi kan bisa berhemat. Berbeda dengan kenaikan harga BBM untuk transportasi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×