kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kedekatan dengan masyarakat menjadi kunci Pilkada Riau


Minggu, 25 Februari 2018 / 19:33 WIB
Kedekatan dengan masyarakat menjadi kunci Pilkada Riau
ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Pilkada 2018 dan Indeks Kerawanan


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontestasi politik pada pemilihan kepala daerah Riau 2018 kali ini dipenuhi oleh wajah lama. Artinya, empat calon gubernur dan calon wakil gubernur yang bertarung di pilkada nanti masih menduduki jabatan strategis di pemerintahan Riau.

Namun tak hanya melihat mesin politik tiap pasangan calon, mengingat kultur budaya Riau yang kuat, unsur darah putra Melayu dan kedekatan dengan masyarakat bakal berpengaruh besar dalam pemilihan di tanah Bumi Lancang Kuning ini.

Keempat pasangan dalam pilkada Riau 2018 ini adalah Syamsiar-Edy Natar Nasution, Lukman Edy - Hardianto, Firdaus ST - Rusli Efendi dan terakhir, Arsyad Juliandi Rahman - Suyatno.

Pengamat Politik UNJ & Direktur Puspol Indonesia Ubedillah Badrun menyatakan, dalam menganalisa pertarungan pada pilkada Riau, bakal harus memperhatikan modal finansial, modal mesin politik, modal sosial, dan modal marketing politik tiap pasangan cagub dan cawagub.

"Namun sayangnya pada pilkada Riau 2018 ini tidak ada pasangan calon yang memiliki keunggulan pada tiga faktor apalagi empat faktor kemenangan," jelas Ubedillah kepada KONTAN, Sabtu (24/2). Dus, unsur kedekatan tiap tokoh dengan masyarakat menjadi satu faktor yang menjadi kunci kemenangan para calon.

Atas pertimbangan tersebut, persaingan ketat akan terjadi antara pasangan pertama dengan pasangan keempat, yaitu antara Syamsuar-Edi Natar Nasution dengan pasangan Arsyad Juliandi Rahman-Suyatno.

Pasalnya, pada pasangan dengan nomor urut pertama, Syamsuar dan Edy Natar Nasution dianggap memiliki keunggulan di dua faktor yaitu faktor modal mesin politik dan modal marketing politik.

Hal ini terkait dengan posisi Syamsuar yang masih menjabat sebagai Bupati Siak dan Edy sejak 12 Februari lalu telah menyandang gelar purnawiran dengan jabatan terakhir sebagai Komandan Korem 031 Wirabima Pekanbaru dengan pangkat Brigjen TNI. Keunggulan Edi yang bekas tentara ini bakal menjadi senjata karisma kempempimpinan dan kemampuan strategi.

Pasangan ini maju dengan nama Koalisi Partai Bersatu dan didukung oleh Partai Amanat Nasional (PAN) yang memiliki kaderisasi gigih dari massa Muhammadiyah yang lebih dominan dibanding Nahdhatul Ulama (NU). Juga, oleh Pertai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Nasional Demokrat (Nasdem).

Nah berkat dukungan dari Nasdem itulah pasangan ini bakal mendapatkan jaringan marketing dan media massa yang kuat. Maka mereka jadi lebih unggul untuk menggaet perhatian massa.

Sementara pasangan keempat, petahana Arsyadjuliandi Rahman-Suyatno memiliki dua faktor kemenangan utama, faktor modal finansial dan faktor mesin politik. Sebabnya berdasarkan laporan kekayaan dari KPK, Arsyad yang masih menjabat sebagai gubernur Riau telah didaulat sebagai cagub terkaya di pilkada Riau.

Tambah lagi, kendaraan politik kedua pasangan ini didukung oleh parta yang memiliki perolehan terbesar di DPRD Riau yaitu Golkar 14 kursi, PDIP 9 kursi, ditambah Hanura dua kursi. Dus, dengan dukungan total 25 kursi mesin politik pasangan ini menjadi yang terbesar.

Sedangkan pasangan lainnya, yakni nomor urut dua adalah Lukman Edi dan Hardianto yang unggul di modal sosial.

Asal tahu, pilkada ini menjadi kali kedua pasangan ini maju dengan sokongan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Lukman adalah anggota DPR RI putra Kabupaten Indragiri Hilir, dan Hardianto, anggota DPRD Riau putra Kabupaten Bengkalis.

Ubedillah mengatakan, kekuatan utama dari pasangan ini adalah unsur putra kelahiran Riau pada kedua pasangan yang membuat mereka memiliki kelebihan pada jaringan sosial anak muda.

Kedekatan dengan kaum muda ini terlihat dari jargon "Gubernur Zaman Now" yang dibawakan tim sukses pasangan ini. Lukman bervisi dan misi ingin memajukan akar rumput masyarakat dan desa-desa di Riau.

Lukman sendiri memiliki rekam karir yang menarik yakni, pada periode 2009-2014 ia menjadi ketua fraksi PKB MPR RI, Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu untuk Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) periode 2007 - 2009 dan sebagai komisaris PT. Transmalindo Energi, Jakarta tahun 2005 - 2007.

Sedangkan Hardianto adalah politisi Gerindra yang masih menjawab sebagai Sekretaris DPRD Riau.

Kemudian di nomor urut tiga terdapat Firdaus ST dan Rusli Efendi dari Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sementara pasangan Firdaus dan Rusli memiliki keunggulan pada jaringan akademik dan segmentasi dakwah islam model PPP yang dimiliki Rusli Efendi sebagai mantan dosen UIN sekaligus pendakwah dan anggota DPRD.

Pada saat yang sama jaringan sosial birokrasi masyarakat kota Riau dimiliki oleh Firdaus ST.

Namun, pasangan Firdaus ST dan Rusli Efendi sudah mulai menghadapi kritik curi start pada sebuah pembangunan dan penggalangan dana sekolah MTs Muhamaddiyah Gobah di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

Isu ini merebak sejak akhir Januari lalu ketika Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Kampar, Riau mendapatkan laporan keterlibatan seorang oknum perwira polisi yang mengundang pasangan pada acara tersebut.

Menurut Ubedillah, faktor pemenangannya akan ditentukan oleh faktor kelima, yaitu keberhasilan strategi last minute pada hari-hari terakhir kampanye dan hari tenang yang bisa jadi penentu terakhir kemana rakyat akan menjatuhkan suara. "Strategi last minute pada kedua pasangan sudah bekerja optimal memiliki citra positif atau bahkan justru negatif menjadi faktor penentu kemenangan atau kekalahan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×