kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata Presiden PKS soal kadernya dijemput polisi


Senin, 10 April 2017 / 07:51 WIB
Kata Presiden PKS soal kadernya dijemput polisi


Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman meminta seluruh pihak untuk menahan diri dan tak berspekulasi terlalu jauh terhadap kasus deportasi terhadap anggota DPRD Pasuruan dari PKS.

Muhammad Nadir Umar, anggota DPRD Kabupaten Pasuruan, bersama seorang WNI lainnya dideportasi otoritas Turki pada Sabtu (8/4) kemarin karena memasuki perbatasan Suriah.

"Karena penangkapannya oleh Densus (Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri) mungkin banyak yang mengaitkan kasus ini dengan tindak kekerasan," kata Sohibul melalui pesan singkat, Minggu (9/4).

"Kami mohon semua pihak menahan diri agar tak berspekulasi terlalu jauh dan berharap polisi dapat memberi penjelasan secepatnya," ujar dia.

Sohibul mengaku terkejut dengan pemberitaan tersebut dan pihaknya akan terus mendalami permasalahan tersebut, baik dari informasi internal partai maupun dari pihak kepolisian.

Ia juga mengatakan, pengurus partai sama sekali tidak mengetahui kepergian Nadir ke luar negeri.

Mantan Wakil Ketua DPR RI itu menegaskan, partainya berdakwah dengan cara-cara yang bijak dan menolak kekerasan, apalagi teror.

Sohibul meminta agar setelah adanya kejadian ini, masyarakat tetap menjaga kondisi sosial politik di masyarakat agar tetap kondusif.

"Kami taat hukum dan aturan. Karena itu kami menghormati proses hukum yang dilakukan Polri dengan adil, objektif dan profesional," ucap Sohibul.

Berdasarkan hasil interogasi, Nadir Umar dan seorang WNI bernama Budi Mastur bersama-sama berangkat ke Istanbul, Turki, pada 31 Maret 2017.

Mereka menempuh rute Bandung, Surabaya-Kuala Lumpur-Istanbul. Keduanya sampai di Istanbul pada tanggal 1 April 2017.

Di sana, mereka mengunjungi tempat pengungsian warga Palestina di Istanbul untuk menyalurkan bantuan. Keduanya juga menyalurkan bantuan uang ke pengungsi Palestina di Lebanon.

Pada 2 April 2017, keduanya berangkat ke Gazianteb Turki. Sore harinya, keduanya melanjutkan perjalanan ke Kota Rayhanli, perbatasan antara Turki dengan Suriah.

Keduanya juga sempat menginap di kantor cabang yayasan penyalur bantuan bernama Qoiru Umah di Rayhanli dan pada 4 April 2017 bertolak kembali ke Lebanon.

"Setelah sampai di Lebanon, keduanya terkendala visa kemudian dikembalikan ke Istanbul. Diketahui, rupanya mereka sudah memasuki daerah perbatasan Turki-Suriah dan kemudian diamankan oleh Imigrasi setempat," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Rikwanto, Minggu.

Rikwanto sekaligus meluruskan pemberitaan bahwa keduanya bukan ditangkap, melainkan dijemput oleh Tim Densus 88 Polri.

"Karena, setiap deportan yang berhubungan dengan Turki maupun terkait informasi soal kelompok radikal dari negara lain, itu pasti diberitahukan ke Densus 88 untuk dilakukan penerimaan. Jadi itu prosedural saja," ujar Rikwanto.

Kini, kedua orang tersebut masih diamankan di RPSA Kementerian Sosial di Bambu Apus, Jakarta Timur. Mereka masih harus menjalani proses interogasi sebelum dikembalikan ke keluarganya. (Nabilla Tashandra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×