CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Kasus Covid-19 Gelombang 3 Belum Mencapai Puncak, 23 Februari 2022 Masih Naik TInggi


Kamis, 24 Februari 2022 / 04:50 WIB
Kasus Covid-19 Gelombang 3 Belum Mencapai Puncak, 23 Februari 2022 Masih Naik TInggi


Sumber: covid19.go.id,Kementerian Kesehatan RI,Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Covid-19 gelombang 3 di Indonesia yang diakibatkan varian Omicron belum mencapai puncak. Lonjakan kasus Covid-19 masih terjadi hingga 23 Februari 2022. Waspadai gejala Covid-19 Omicron yang sering dikeluhkan pasien.

Kasus Covid-19 akibat varian Omicron di Indonesia sempat melandai hingga 22 Februari 2022. Namun, lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi pada 23 Februari 2022.

Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada tambahan 61.488 kasus baru infeksi virus corona hingga Rabu 23 Februari 2022. Dengan demikian total kasus Covid-19 per 23 Februari 2022 sebanyak 5.350.902 sejak pengumuman pandemi corona pada Maret 2022.

Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Covid-19 hingga 23 Februari 2022 bertambah 39.170 orang sehingga menjadi sebanyak 4.632.355 orang.

Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat kasus Covid-19 hingga 23 Februari 2022 di Indonesia bertambah 227 orang menjadi sebanyak 147.025 orang.

Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia hingga 23 Februari 2022 mencapai 571.522 kasus, bertambah 22.091 kasus dibanding sehari sebelumnya.

Penambahan kasus Covid-19 23 Februari 2022 lebih banyak dibandingkan sehari sebelumnya. Pada 22 Februari 2022 terdapat 57.491 kasus baru positif Covid-19 di Indonesia.

Dilansir dari website Sehat Negeriku milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada sepekan terakhir juga terjadi tren angka positivity rate. Hingga 22 Februari 2022, positivity rate nasional berada di angka 17,7%.

Baca Juga: Kasus Corona 22 Februari 2022 Melesat, Hanya 1 Daerah di Indonesia Bebas Covid-19

Sementara itu positivity rate di sejumlah daerah juga menunjukkan tren penurunan. Positivity rate DKI Jakarta yang sempat di posisi 23,8% pada periode 8-14 Februari lalu, kini turun menjadi 18,5% pada periode 15-21 Februari.

Begitu juga dengan Banten yang sempat mencatat positivity rate 27,4% pada 8-14 Februari lalu, kini menjadi 23,1% pada periode 15-21 Februari.

Bali dari 18,2% turun menjadi 11,2%, DKI Jakarta sempat pada 23% turun menjadi 17,8%, Jawa Barat sempat pada 23,7% turun jadi 22,8%, Jawa Tengah dari 27,6% jadi 26,5%, Jawa Timur 18% turun jadi 17%.

“Jadi beberapa minggu ini, terutama di Jawa Bali yang merupakan penyumbang kasus 60 sampai 70% kasus konfirmasi nasional, terlihat penurunan angka positivity rate nya,” ucap Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes.

Meski kasus Covid-19 dan positivity rate sempat melandai, Kemenkes mengakui Indonesia belum mencapai puncak serangan Covid-19 gelombang ketiga. Puncak Covid-19 gelombang ketiga diperkirakan terjadi pada akhir Februari 2022.

Oleh karena itu, Kemenkes menghimbau masyarakat untuk terus patuh protokol kesehatan dan mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap.

“Vaksin Covid-19 dosis lengkap memberikan perlindungan hingga 67% dari kematian, bahkan hingga 91% perlindungan bagi yang telah melakukan vaksinasi booster. Oleh sebab itu, pemerintah terus mempercepat laju vaksinasi bekerja sama dengan pemerintah daerah, serta instansi-instansi lain, seperti TNI dan Polri mengingat pentingnya vaksinasi,” jelas Nadia.

Khusus bagi lansia dengan risiko lebih berat ketika terpapar COVID-19, Kemenkes telah memperpendek interval vaksinasi booster menjadi minimal 3 bulan sejak vaksinasi primer lengkap diberikan. Hal ini berdasarkan rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dan bertujuan melindungi golongan lansia. Jenis vaksin yang digunakan dapat sama atau berbeda dengan vaksin primer selama telah memperoleh EUA dari BPOM dan rekomendasi ITAGI.

Gejala Omicron

Masyarakat juga harus mewaspadai gejala Covid-19 Omicron. Pasalnya, gejala Omicron berbeda dengan Covid-19 sebelum. Selain itu, Covid-19 Omicron juga menular lebih cepat sehingga harus segera isolasi mandiri.

Dilansir dari Kompas.com, aplikasi ZOE Covid yang meneliti Omicron di Inggris mengungkapkan lima ciri-ciri gejala Omicron teratas yang banyak dikeluhkan pasien, di antaranya sakit kepala, pilek, bersin-bersin, sakit tenggorokan, dan batuk.

Ciri-ciri gejala Omicron

1. Sakit kepala

Gejala Omicron yang banyak dikeluhkan pasien adalah sakit kepala. Sakit kepala diketahui merupakan salah satu gejala yang paling umum akibat infeksi Covid-19.

Riset tersebut juga menunjukkan sakit kepala akibat virus corona yang dirasakan pasien mulai dari:

  • Nyeri atau sakit kepala sedang hingga berat
  • Kepala terasa berdenyut, menekan, atau menusuk
  • Sakit kepala dapat terjadi di kedua sisi kepala
  • Sakit kepala berlangsung selama lebih dari tiga hari dan tidak mampu diobati dengan obat penghilang rasa sakit biasa

2. Pilek

Selama musim dingin di Inggris, pilek menjadi gejala Covid-19 kedua yang paling sering dilaporkan setelah sakit kepala. Setidaknya hampir 60 persen orang yang positif Covid-19 dengan gejala anosmia juga mengeluhkan pilek. Para peneliti menggarisbawahi saat tingkat infeksi rendah, kemungkinan besar pilek bukan disebabkan oleh virus corona, tetapi alergi.

3. Bersin-bersin

Ciri-ciri gejala Omicron yang ditemukan oleh tim peneliti selanjutnya adalah bersin-bersin. Gejala ini, kata mereka, bahkan terjadi pada orang yang sudah divaksinasi Covid-19. Di sisi lain, tim menjelaskan bersin tidak selalu mengindikasikan infeksi varian Omicron tetapi bisa menandakan alergi maupun pilek biasa.

"Meskipun banyak orang dengan Covid mungkin (bergejala) bersin-bersin, itu bukan gejala yang pasti karena bersin sangat umum," tulis para peneliti.

4. Sakit tenggorokan

Banyak pasien Omicron melaporkan bahwa mereka menderita sakit tenggorokan yang kerap dialami saat pilek maupun radang tenggorokan. Studi ZOE Covid mencatat, gejala sakit tenggorokan akibat infeksi Covid-19 cenderung ringan dan berlangsung kurang dari lima hari.

Apabila sakit tenggorokan sangat menyakitkan, peneliti berkata mungkin menandakan kondisi kesehatan lainnya, untuk itu Anda perlu memeriksakan diri ke dokter.

Berdasarkan data yang terkumpul, hampir setengah dari pasien Covid-19 mengalami sakit tenggorokan yang banyak terjadi pada usia 18 sampai 65 tahun.

5. Batuk

Batuk terus-menerus umumnya menandakan gejala Covid-19. akan tetapi, studi ini menunjukkan hanya sekitar empat dari 10 pasien yang merasakan batuk-batuk. Adapun gejala batuk yang berkaitan dengan infeksi Covid-19 biasanya batuk kering, bukan batuk berdahak.

Gejala ini juga bisa berlangsung sekitar empat atau lima hari bergantung pada derajat penyakit. Apabila Anda mengalami batuk dan dibarengi dengan gejala Covid-19 lainnya, segera lakukan tes PCR maupun rapid test antigen.

“Jika Anda memiliki gejala infeksi pernapasan, Anda harus tetap di rumah untuk mencegah penularan dan melakukan tes (PCR atau rapid test). Mendiagnosis sendiri bisa menyebabkan kasus Covid melonjak lagi," ujar profesor bidang microbial evolutionary genomics di University of Birmingham, Alan McNally.

Itulah perkembangan kasus Covid-19 hingga 23 Februari 2022. Ingat, Covid-19 gelombang ketiga di Indonesia belum mencapai puncak. Tetap patuhi protokol kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×