kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kabar baik, neraca perdagangan kembali surplus


Senin, 01 Oktober 2012 / 19:44 WIB
Kabar baik, neraca perdagangan kembali surplus
ILUSTRASI. Seorang karyawan menunjukkan kepingan emas di kantor Pegadaian Makassar, Sulawesi Selatan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/hp.


Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can


JAKARTA. Neraca perdagangan kembali surplus setelah empat bulan berturut-turut mencatatkan defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan pada Agustus lalu sebesar US$ 248,5 juta.

Surplus terjadi karena impor barang mulai turun. Tercatat, impor Agustus lalu hanya sebesar US$ 13,87 miliar sementara ekspor sebesar US$ 14,12 miliar.

Kepala BPS Suryamin menyatakan, surplus neraca perdagangan ini menjadi angin segar bagi kinerja perdagangan internasional. Dia berharap, membaiknya neraca perdagangan bakal membantu pertumbuhan ekonomi.

Direktur Statistik Distribusi Satwiko Darmesto menambahkan, surplus neraca perdagangan ini disebabkan penurunan ekspor lebih kecil ketimbang penurunan laju impor. Namun, ia tak yakin surplus neraca perdagangan ini bakal berlanjut sampai bulan berikutnya. Alasannya, kondisi Eropa masih tidak pasti sehingga ekspor belum akan pulih.

Satwiko menambahkan, sampai Agustus 2012 surplus neraca perdagangan kumulatif tercatat sebesar US$ 496,7 juta. Dengan kinerja ekspor yang masih lambat, Satwiko tak yakin bisa mencapai surplus neraca perdagangan lebih dari US$ 1 miliar. "Untuk bisa surplus US$ 1 miliar saja susah sampainya. Karena ekspor kita sangat tergantung pada batubara dan CPO yang permintaannya sedang melambat," katanya.

Ekonom BII Juniman mengungkapkan turunnya kinerja ekspor dan impor pada Agustus karena adanya musim libur Lebaran. Di luar itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga membuat kinerja impor melemah.

Tapi, Juniman menilai, pada September - Desember nanti kinerja impor bakal bertahan seperti ini, artinya tidak akan turun terus menerus. Pasalnya, "Meski impor non migas bakal turun, tapi impor migas terutama dari impor BBM masih akan naik tinggi," jelasnya.

Secara keseluruhan, Juniman memperkirakan sampai akhir tahun neraca perdagangan Indonesia bakal mencatatkan surplus sekitar US$ 1 miliar - US$ 2 miliar. Tapi syaratnya, pemerintah harus bisa meredam impor BBM dengan melakukan pengendalian atau efisiensi konsumsi BBM dan mencari pasar alternatif ekspor untuk mengkompensasi penurunan ekspor dari pasar tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×