Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, belanja pemerintah baik APBN dan APBD maupun BUMN untuk produk mebel banyak diisi oleh produk impor.
Oleh karenanya, pemerintah terus mendorong agar pasar dalam negeri tidak di kuasai oleh produk mebel dari luar.
"Karena kalau kita gabung belanja APBN, APBD maupun BUMN belanja di 2023 itu sudah mencapai Rp 1.236 triliun, belanja ini bukan hanya mebel. Dan mebel disampaikan Pak Dedy (Ketum Asmindo) kurang lebih 1,1 berarti Rp 17 triliun, gede banget dan banyak di isi oleh furnitur impor," kata Jokowi dalam Pembukaan INFFINA 2023, Kamis (14/9).
Maka, Ia meminta segera agar semua produksi mebel dalam negeri dimasukkan ke e-katalog untuk lebih memudahkan.
Baca Juga: Komisi I DPR Setuju Usulan Gaji Polisi & TNI 2024 Naik 8%, Berapa Gaji Polisi 2023?
Padahal kata Jokowi, Indonesia memiliki keunggulan baik dari sisi sumber daya alam (SDA) hingga kekayaan seni budaya yang menjadi modalitas utama di industri mebel. Ia meyakini jika potensi tersebut serius dikerjakan maka industri mebel akan menjadi salah satu keunggulan.
Ia menyampaikan, potensi pasar industri tersebut ada sekitar US$ 766 billion. Sedangkan Indonesia baru berkontribusi kepada pasar sekitar US$ 2,8 billion di tahun lalu.
Ia menyayangkan produk mebel Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Vietnam dan Malaysia. Padahal jika ditengok dari bahan baku dan SDM yang dimiliki Indonesia melimpah.
"Artinya masih sangat kecil sekali dan kita untuk di Indonesia ini rangking 17, di bawah Vietnam yang rangking ke 2, di bawah Malaysia di rangking 12.padahal kita sumber daya bahan baku, SDM kita sangat siap," jelasnya.
Baca Juga: Pertamina Ramal Kuota Pertalite Bakal Cukup hingga Akhir Tahun Nanti
Kepala Negara mengingatkan, pada tahun 90-an Indonesia terlihat merajai di setiap pameran industri furnitur. Namun saat ini dengan posisi 17, menurutnya ada yang perlu dibenahi.
Ia mengatakan, Indonesia perlu menjalani kerja sama dengan negara lain untuk bisa merajai industri mebel. Sehingga, kontribusi Indonesia dalam pasar industri mebel kembali meningkat.
"Menurut saya karena kita memang tidak mau berpartner. Menurut saya negara lain saling berpartner, sehingga apa yang disampaikan Pak Dedy betul harus terbuka mau berpartner dengan industri perusahaan mabel dari luar. Entah dari Eropa, AS entah China. Jangan dimiliki sendiri perusahaan itu terbuka dan mau berpartner," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News